Rabu , 13 Jul 2016, 11:50 WIB

Bulan Ini, Ritual Kasodo Bakal Ramaikan Bromo

Red: Dwi Murdaningsih
Antara
 Wisatawan menunggangi kuda menuju kaki Gunung Bromo
Wisatawan menunggangi kuda menuju kaki Gunung Bromo

REPUBLIKA.CO.ID, BROMO - Gunung Bromo akan heboh di bulan Juli 2016 ini. Persisnya, 20-21 Juli, ketika gunung eksotik yang berada di Malang, Jawa Timur itu bakal menjalani salah satu ritual adat yang sudah lama turun-temurun, bernama Yadnya Kasada Bromo atau Kasodo.  

"Ritual ini menarik dan akan digelar setiap bulan Kasada hari ke-14 dalam penanggalan kalender tradisional Hindu Tengger. Itu bertepatan dengan tanggal 20 Juli,” ujar Sesepuh Bromo, Digdayo Djamaluddin  yang juga Ketua Badan Pengurus Cabang Persatuan Hotel dan Restoran (BPC PHRI) Bromo, Jawa Timur.

Menurutnya, Yadnya Kasada Bromo telah digelar sejak zaman Kerajaan Majapahit. Gunung Bromo sendiri dianggap sebagai tempat suci oleh suku Tengger. Upacara adat ini digelar di Pura Luhur Poten, tepat di kaki Gunung Bromo, pada tengah malam hingga dini hari.

“Kami bersama para pengusaha hotel, tentu juga panitia, sudah siap menyambut even tersebut. Ini bisa menjadi atraksi budaya yang menarik,” katanya.

Digdayo menjelaskan, ritual itu bertujuan untuk mengangkat dukun atau tabib yang ada di setiap desa di sekitar Gunung Bromo. Dalam upacara Yadnya Kasada Bromo ini suku Tengger akan melemparkan sesajen berupa sayuran, ayam, dan bahkan uang ke kawah gunung tersebut.

"Sebelum Yadnya Kasada Bromo dilangsungkan, calon dukun dan tabib akan menyiapkan beberapa sesaji untuk dipersembahkan dengan cara melemparkannya ke kawah Gunung Bromo. Persembahan sesajen ini dilakukan beberapa hari sebelum upacara,” katanya.

Didgdayo bercerita, tepat pada malam ke-14 bulan Kasada, suku Tengger akan beramai-ramai membawa sesajen berupa hasil ternak dan pertanian ke Pura Luhur Poten dan menunggu hingga tengah malam saat dukun ditasbihkan tetua adat. Berikutnya, sesajen yang disiapkan dibawa ke atas kawah gunung untuk dilemparkan ke kawah sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang.

Bagi suku Tengger, tradisi melempar sesaji ke Kawah Bromo tersebut merupakan bentuk rasa syukur atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah. Di dalam kawah telah menunggu banyak pengemis dan penduduk Tengger yang tinggal di pedalaman. Uniknya mereka jauh-jauh hari sudah tiba di sini bahkan sengaja mendirikan tempat tinggal sementara di sekitar Gunung Bromo.

Mereka berharap mendapatkan ongkek-ongkek yang berisi sesajen berupa buah-buahan, hewan ternak, juga uang. Aktivitas penduduk Tengger pedalaman yang berada di kawah Gunung Bromo dapat Anda lihat sejak malam hingga siang hari saat hari menjelang upacara Yadnya Kasada Bromo.

”Untuk menyaksikan Yadnya Kasada Bromo Anda disarankan datang sebelum tengah malam karena ramainya persiapan para dukun dan masyarakat. Perlu diperhatikan juga bahwa jalan lain ke arah bawah gunung perlu beriringan dengan rombongan penduduk yang menuju pura. Hal itu karena apabila sendiri dikhawatirkan akan tersesat akibat kabut yang tebal dan jarak pandang yang terbatas,” saran dia.

Menpar Arief Yahya menyebut ini sebagai budaya dan tradisi yang memiliki kearifan lokal di Bromo. Dia mengingatkan agar atraksi alamnya diperhatikan dengan baik, terutama manajemen sampah, yang sering dikeluhkan banyak pihak di destinasi pegunungan.