Senin 10 Aug 2015 16:00 WIB

Tanda Kebangkitan Dirgantara Indonesia

Red:

Indonesia sempat mengalami masa kemajuan dalam dunia perpesawatan pada masa Orde Baru. Sekitar 20 tahun lalu, tepatnya 1995, pemerintah melalui BJ Habibie mampu melakukan penerbangan perdana pesawat N250 dengan nama Gatotkaca. Indonesia sudah lama menantikan peristiwa bersejarah itu dapat terulang kembali

Kini, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengungkapkan, akan meluncurkan pesawat N219 pada akhir 2015. Menurut Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) akan berusaha menyelesaikannya tepat waktu.

"Akhir tahun sudah bisa diluncurkan," ujar Nasir saat pembukaan Ritech EXPO 2015 di Senayan, Jakarta, Jumat (7/8). Dengan adanya peluncuran ini, Nasir berharap, hal tersebut menjadi penanda kebangkitan dirgantara di Indonesia pada masa mendatang.

Deputi Teknologi Penerbangan Antariksa LAPAN Rika Andiarti menjelaskan, pesawat N219 akan mendapatkan sertifikat CASR 23. Dengan kata lain, kata dia, pesawat ini termasuk ke dalam kategori ringan. "Ringan, tapi bongsor," ujar Rika saat bertemu Republika di stan LAPAN, Parkir Timur Lapangan D Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (7/8). Maksudnya, lanjut dia,  ukurannya agak besar jika dibandingkan pesawat ringan lainnya.

Menurut Rika, pesawat ini akan diperuntukkan di daerah-daerah terpencil, semisal, Papua. Alasannya, ujar dia, wilayah tersebut medannya sulit dan harga komoditas pun mahal. Mengenai anggaran untuk pembangunan N219, Rika menyebut angka Rp 400 miliar. Pesawat N219 dirancang bermuatan 19 penumpang dengan kebutuhan landasan 500 meter. "Di lapangan berumput bisa (landing dan take-off)," tuturnya.

Pada Kamis (6/8), mantan presiden BJ Habibie menyaksikan penandatangan nota kesepahaman (MoU) pembangunan pabrik perakitan pesawat terbang R80. PT Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) mengandeng PT Ilthabi Rekatama untuk pembangunan pabrik ini. Penandatanganan MoU dilaksanakan di kediaman Habibie di Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta.

Kesepakatan MoU ditandatangani Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) selaku pemegang saham mayoritas PT BIJB dengan Direktur Utama PT Ilthabi Rekatama Ilham Habibie. Selain itu, kerja sama juga mencakup pembangunan BIJB di Kertajati, Majalengka. Bandara ini bakal menjadi gerbang udara terbesar di Jawa Barat, menggantikan peran Bandara Husein Sastranegara di Kota Bandung.

"Jadi, kami akan mengkaji bersama untuk membangun sistem bandara (BIJB) hingga perakitan R80," ujar Presiden Direktur PT BIJB Virda Dimas Ekaputra. Virda mengatakan, ia siap menyiapkan lahan untuk pembangunan pabrik tersebut. Namun, ketika ditanya besaran modal yang akan disiapkan, Virda menjawab, belum ditentukan. "Karena kan masih dikaji dulu," katanya.

Pesawat R80 diharap melanjutkan sukses pesawat N250 produksi IPTN (saat ini PT Dirgantara Indonesia) yang mulai mengudara pada 1995. R80 adalah pesawat turboprop yang ditargetkan mengudara pada 2021. Pesawat R80 dirancang dan dikembangkan oleh BJ Habibie dan putranya, Ilham Habibie. n c13/arie lukihardianti ed: andri saubani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement