Ahad 04 Oct 2015 06:33 WIB

Jamaah Haji dan Vacum Cleaner

Red: M Akbar
Soenarwoto
Foto: istimewa
Soenarwoto

Oleh: Soenarwoto Prono Leksono

(Penulis Tinggal di Madiun, Jawa Timur)

"Excuse me. Can you give me a place," pinta Markaban dengan bahasa Inggris grothal-grathul alias belepotan kepada seorang jamaah haji asal Iran. Jamaah Iran yang berada di depannya geming. Diam. Ia tak beranjak neninggalkan tempatnya. Meskipun begitu, Markaban, si jamaah ndeso asal lereng Gunung Lawu Magetan ini, tak mau patah arang. Ia masih saja ngotot meminta tempat kepada jamaah Iran yang disapanya dalam bahasa Inggris.

Ia meminta izin karena ingin shalat dhuha dan berdoa di Raudah pada pagi beranjak siang. "Excuse me, excuse me bingit mister, excuse me. Can you give me a place," pinta Markaban lagi. Namun jamaah asal Iran tetap enggan memberikan tempatnya. Malah kini ia bilang, "Am sorry, please look another place."

Asem!! Gumam Markaban. Jamaah Iran itu malah memerintahnya cari tempat lain dengan tatapan mata tak bersahat. Lalu, ia pun ganti meminta kepada jamaah dewek asal Jawa. "Nuwun sewu. Maaf pak, bisa gantian tempatnya," pinta Markaban dengan nada sedikit mengiba. Jamaah asal Jawa ini cuma menggeleng kepalanya.

Sejurus kemudian jamaah asal Jawa itu malah berdzikir dengan suara dikeraskan dan mata dipejamkan. Ia seolah ingin menunjukkan bahwa dirinya kini sedang khusuk berdzikir. Jangan diganganggu, rek! Ampun. Tidak jamaah manca tidak jamaah Indonesia, kok semuanya medit bin bakhil jika diajak gantian tempat. Tempat-tempat mustajabah maunya dikangkangi sendiri. Hendak dikuasai sendiri.

Tapi, Markaban tetap bersabar. Ia tetap berdiri antre agar bisa mendapat tempat untuk shalat dan berdoa di Raudah. Markaban sadar bahwa ibadah haji/umrah itu hakikatnya adalah memungkaskan kesabaran hati, kerelaan bersedia mendahulukan lain, atau bahkan mengorbankan kepentingannya sendiri untuk orang lain. Memupus egoisme, begitu kira-kira istilah kerennya.

Untuk itu karena sudah capek dan lama berdiri, Markaban akhirnya mengurungkan niat shalat dan berdoa di Raudah. Lain waktu, pikirnya, jika suasana jamaah longgar ia akan datang lagi. Tapi, ketika Markaban hendak meninggalkan Raudah, tiba-tiba seorang jamaah asal Turki memegang tangannya dan mempersilakan untuk ditempati tempatnya. Rejeki. Allahu Akbar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement