Malam
Duhai malam tersenyumlah,
Tidakkah kau lihat sang rembulan merekah merah,
Dan bintang berkilauan, indahkan jagad raya.
Duhai malam tertawalah,
Tidakkah kau tahu esok fajar akan datang,
Bawa bahagiamu yang kau mimpikan,
Hingga terwujudlah segala harapan.
Duhai malam berbaringlah,
Ragamu lelah menanti pagi yang tak juga pergi,
Dan kalbumu mengembang saat senja datang.
Duhai malam dengarkanlah,
Burung-burung bernyanyi dalam perjalanan pulang,
Hingga tak ada alasan dikau akan kesepian.
Duhai malam bermimpilah,
Disela-sela jagamu ada tangan-tangan suci yang meminta pada Sang Ilahi,
Agar kau tetap kuat menemani indahnya bumi pertiwi,
Hingga waktu akan berhenti.
Pesona Karya-Nya
Kupandang biru di depan mataku,
Luas membentang,
Sesekali kulihat si putih datang menerawang,
Dihempas aku dalam rona kasih Tuhan,
Oh, bahagianya.
Kupandang biru dalam diam,
Dan hijau terbentang saling berdendang,
Keduanya menari saling mengiringi,
Bagai asa yang akan selalu ada di ujung kepenatan hati.
Aku ingin tinggal di tempat seperti ini,
Ditemani rona-rona yang indah,
Merasakan kesejukan cinta-Nya,
Melukiskan sejuta asa tanpa air mata.
Dan jiwaku ingin hidup disini,
Seratus tahun lagi,
Memandang si biru dan si hijau yang luasnya tak tertandingi,
Ditemani Sang Fajar, rembulan, bintang, dan dekapan hangat Tuhan yang membuatku seolah berada dalam Surgawi.
Harapan Tengah Malam
Aku ingin menyatu dengan malam,
Mengizinkan dingin menusuk hingga ke tulang,
Merasakan sejuk sisa tetesan hujan di tengah kemarau,
Terlebih jika langit meneteskannya kembali,
Membasahi raga ini,
Meredam jerit hati,
Dan membuat bulir air mata ini luruh bersamanya,
Hingga ragaku melemah, lelah,
Terjatuh, tersungkur, dan tertidur di tengah gemuruh dalam sukma,
Berbalut dekapan hangat Tuhan yang mengantarku dalam keteduhan,
Hingga esok, tubuhku telah menjelma jadi embun pagi
Yang menetes indah seolah tak ada lagi duri menghiasi setiap cerita hidup ini.
Rahasia Puisi
Begitulah puisi,
Penuh teka-teki,
Bagai menggali kubur dalam lautan tak bertepi,
Tak ada yang tahu kemana akan terhenti,
Biar penyair dan Rabb-nya yang memberi arti.
Nor Aini Rachmawati (Nuni Rachmawati)
Akun Facebook/Twitter : Nuni Rachmawati/@NuniNii
Mahasiswi Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga Surabaya