Ahad 22 Apr 2012 11:58 WIB

Bengkah Bumiku (puisi)

Selamatkan Bumi Kita! (Ilustrasi)
Foto: earth.com
Selamatkan Bumi Kita! (Ilustrasi)

Tiada angin tak ada hujan, tiada riak tiada gelombang

Kini, entah sampai nanti,

Sadumuk bathuk sanyari bumi tiada relevan lagi|

Bathuk siapa yang masih asli?

Bumi mana yang akan kugadaikan nyawaku sampai mati?

Aih aih . .

Alih-alih pertahankan negeri sampai mati,

Sedangkan aset-aset yang di dalamnya kau jual murah sekali.

Boro-boro berjuang sampai titik darah penghabisan,

Sedangkan kekayaan alamnya kau sedot tanpa perhitungan

Pohon-pohon untuk gentong penyimpan air, kau tebang-tebang!

Pohon-pohon untuk berteduh, sumber oksigen, pendingin alami, engkau roboh-robohkan!

Sungai-sungai untuk sumber air, mandi, nyuci, engkau penuhi sampah busuk nan membusukkan!

saluran-saluran air untuk jalan-jalan air bagi kehidupan, engkau timbun-timbun untuk pemukiman!

Surga itu mengalir di bawahnya sungai-sungai, indah!

Dindingnya pualam, adem!

Lantainya emas, berhias keindahan!

Tapi, aku tidak melihat surga-surga itu di sini.

Bumiku bengkah,

Jembatanku amblong,

Wadukku amblas,

Keseimbangan telah rusak di mana-mana

Hujan lalu banjir, jangan salahkan Tuhan jangan pula salahkan hujan!

Sampah, bau, penyakit bertebaran, bukan salah Tuhan!

Panas, gersang, pengab, jangan salahkan Dia.

Bumiku,

Aku tidak ingin menambah-nambah bengkah ambles dan ambrolmu.

Aku akan belajar dari Buku

Untuk tidak selalu salahkan Tuhanmu

Yayah ( @YayahManisz )

Jakarta, 22 April 2012

Selamat Hari Bumi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement