Jumat 21 Oct 2011 09:46 WIB

Membudayakan BNI Syariah

Duljani
Duljani

“… …

Aisyah adinda kita yang sopan dan jelita

Index Prestasi tertinggi tiga tahun lamanya

Calon insinyur dan bintang di kampus

Bulan Muharam 1404 tetap berjilbab menutup rambutnya

Busana muslimah amat pantasnya

… …”

Penggalan syair diatas diambil dari lagu Aisyah Adinda Kita, yang dirilis oleh grup musik Bimbo. Lagu ini terkenal di era 1980-an hingga 1990-an. Dengan lagu ini Bimbo menyalakan kembali semangat memakai simbol Islam di ruang publik. Tak hanya Bimbo, seorang budayawan, Emha Ainun Nadjib, juga menulis puisi yang berjudul Lautan Jilbab untuk mengawali proyek da’wah membudayakan jilbab di kalangan muslimah. Pada akhirnya semangat gelombang jilbab saat itu berlaku sampai hari ini.

Keterasingan merupakan salah satu tantangan syariah. Sebagaimana jilbab yang disebut diatas, ia tak akan menjadi gelombang perubahan selama istilahnya saja masih asing. DR. H. Haedar Nashir, M.SI., seorang Pengurus Pusat Muhammadiyah mengatakan bahwa pendekatan budaya penting dilakukan untuk mengenalkan sebuah sistem pemikiran, apalagi yang menyangkut secara langsung dengan kehidupan sehari-hari seperti lembaga keuangan.

Bank Syariah: budaya asing (?)

Bank BNI Syariah, sebuah anak usaha dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. BNI pada tahun 2010 baru memiliki 450 ribu nasabah. Tahun ini, Bank yang merupakan Unit Usaha Syariah BNI ini, menargetkan peningkatan nasabah sebesar 50 %, sehingga ada 650 ribu nasabah pada tahun 2011. Namun dilihat dari total nasabah BNI yang mencapai 10 juta, nasabah BNI Syariah belum mencapai 10 % dari total tersebut.

Perbandingan jumlah nasabah yang cukup jauh antara BNI dengan Bank yang mulai beroperasi pada tanggal 29 April 2000 ini, selain faktor ‘umur’, juga faktor popularitas yang belum masif. BNI Syariah belum ‘merakyat’. Masyarakat belum memahami teknis dan keunggulan menabung di BNI Syariah. Butuh waktu panjang untuk memasarkan BNI Syariah supaya bisa mengungguli saudara tuanya.

Seperti soal jilbab, tak semua muslimah memakainya. Analogi ini juga pantas disematkan pada BNI Syariah. Jumlah muslim yang mayoritas di negeri ini, menjadi pasar yang potensial bagi perkembangan BNI Syariah kedepan. Selain itu, dengan keunggulan sistem syariah, seharusnya da’wah di bidang muammalah ini tak menemui hambatan yang sulit.

Ketahanan BNI Syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya terhadap krisis ekonomi global dan Asia menjadi salah satu keunggulan lembaga keuangan syariah. Selain itu, BNI Syariah mempunyai tiga pilar yakni adil, transparan, dan mashlahat. Dimana BNI Syariah tidak mengenal adanya transaksi yang tidak jelas, berasal dari judi, bunga uang, serta ilegal. Entri point ini belum dikomunikasikan dengan baik kepada masyarakat luas.

Rupanya, BNI Syariah perlu membudayakan Gerakan Menabung Syar’i kepada publik sebagai bagian dari membudayakan bertransaksi di BNI Syariah. Pendekatan budaya pernah dipakai pula oleh penyebar Islam di tanah air, sehingga tak salah juga hal ini dipakai untuk menyebarkan BNI Syariah. Keuntungan minimalnya, dengan membudayakan BNI Syariah ini, kita sedang menda’wahkan agama sendiri. […] Duljani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement