Kamis 07 Dec 2017 11:39 WIB

Surat Terbuka untuk Ulama Terkait Vaksin

Dokter menyuntikkan vaksin kepada balita yang terpapar vaksin palsu saat melakukan vaksinasi ulang, di rumah sakit Rawalumbu, Bekasi, Jawa Barat (Ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Dokter menyuntikkan vaksin kepada balita yang terpapar vaksin palsu saat melakukan vaksinasi ulang, di rumah sakit Rawalumbu, Bekasi, Jawa Barat (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,

Kepada Yth.

Para Ulama di negeri ini, terutama Ust Asrorun Niam dan Ust. Erwandi.

Assalamu'alaikum wr wb.

Perkenalkan saya, dr. Henny Thalib. Saya bukan anti vaksin, melainkan prochoice, maksudnya pro terhadap kebebasan memilih jalan menuju sehat.

Surat ini mewakili para orangtua yang anaknya menjadi korban vaksin, namun dibungkam untuk bersuara.

Anyway, saya menghormati sekali pendapat ustaz terkait vaksin. Tetapi, bolehkan kita berbeda pendapat?

Saya hanya seorang ibu yang kebetulan berpendidikan dokter umum dimana dulu seorang provakshardcore, sekaligus trainer nasional untuk imunisasi.

Silakan ke rumah melihat sendiri sertifikat terkait. Tetapi sejak anak saya mengalami cederavaksin hepatitis B, sikap saya berubah.

Dan alhamdulillah tiada henti-hentinya bersyukur bahwa buah hati saya kembali hidup tanpa meninggalkan bekas kerusakan. Insya Allah.

Penolakan vaksinasi bukanlah soal pro atau anti terhadap satu hal, tetapi soal pro terhadap kehidupan. Labelisasi pro dan anti hanya membelokkan isu nyata akan pro kehidupan.

Oleh karena itu, kami tak mau disebut sebagai antivaksin. Kalau vaksinasi yang digunakan saat ini memang meningkatkan derajat kesehatan, seharusnya tidak ada korban jiwa atau cacat sekalipun.

Selain itu, kita pun mafhu. Bagaimana syariat Islam terhadap konsep pencegahan penyakit? Bolehkah mencegah dengan jatuh korban jiwa? Apalagi jika korban itu tak pernah diakui sebagai kelemahan vaksin.

Sebagai informasi tambahan, dokter bukanlah pakar vaksin. Mohon kiranya ustaz membuka seluruh buku teks yang kami gunakan dalam masa pendidikan.

Berapa banyak informasi yang dipelajari, dari produk hingga KIPI / cedera vaksin diulas? Berapa halaman yang mengulas akan vaksin?

Jika kami, para dokter, adalah pakar vaksin: Kenapa anak saya menjadi korban KIPI? Begitu pula korban vaksin lain dari sakit sampai meningg dunia.

Mohon ustaz berkenan membuka seluruh buku yang kami pelajari. Berapa halaman dan sedalam apa vaksin diulas. Jadi, percaya kepada ahlinya yang disampaikan itu ditujukan ke siapa?

Sebagai ibu korban vaksin, saya mencoba mengetuk hati nurani para ustaz dan ulama yang diamanahkan menjaga umat. Mohon perhatian dan ketegasannya terhadap fakta dan data terkait program vaksin.

Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaykum wr wb,

Orangtua korban vaksin, dr. Henny Thalib.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement