Selasa 28 Nov 2017 00:37 WIB

Menjaga Muruah Pendidik

Andri Yulianto
Foto: dok. Pribadi
Andri Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Andri Yulianto *)

Sebuah hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang berbunyi: “Di antara kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak manfaat baginya.” (Hadis hasan shohih diriwayatkan oleh at-Tirmidzi). Pesan moral Rasulullah SAW dalam hadits di atas mendorong kita untuk menjaga muru’ah, apapun profesi dan peran kita, lebih-lebih sebagai pendidik.

Dalam kitab Safinatunnajah yang masyhur itu, menegaskan bahwa seorang Muslim untuk senantiasa menjaga dan memelihara sifat muru’ah. “Janganlah engkau dudukan dirimu bukan pada tempatnya. Peliharalah dan jaga dirimu dari pergaulan orang-orang yang rendah akhlaqnya dan tercela.”

Muru’ah harus dipahami, “sebagai bentuk menjaga kepribadian dan akhlak yang paling utama sehingga tidak kelihatan pada diri seseorang sesuatu yang buruk atau hina,” demikian Imam Mawardi menegaskan.

Sejatinya seorang pendidik seperti itu, selalu menjaga diri dan institusinya agar memiliki harga diri dan kewibawaan dihadapan manusia dan Allah SWT. Demikian juga sesama sejawat guru harus menjaga muru’ah antar sesama, lebih-lebih institusi atau owner pendidikan (pemerintah atau swasta) memiliki peran strategis dalam penjagaan terhadap muru’ah para pendidiknya.

Menjaga agar memiliki kehidupan yang layak, tidak mengurangi hak, menjaga perasaan, positive thinking, terbuka dialogis, memberikan ruang pengembangan spiritual dan keilmuan profesinya adalah di antara ikhtiar dalam menjaga muru’ah para pendidik. Tentu prosedur dan profesionalitas tetap dijaga bersama.

Penjelasan lain dari Imam Ibnu Qayim al-Jauziah tentang muru’ah bisa menjadi pedoman kita agar para pendidik tetap memiliki kewibawaan (marwah) dalam menjalankan profesinya. Menurut Ibnu Qayim bahwa muru’ah berlaku pada perkataan, perbuatan, dan niat setiap orang. Orang yang dapat memelihara perkataan, perbuatan, dan niatnya, sehingga senantiasa berjalan sesuai dengan tuntutan agama, disebut orang yang memiliki muru’ah.

Di dalam Alquran pun tertuang anjuran menjaga muru’ah bagi setiap muslim tertuang dalam Alquran surat al-A’raf ayat 33: "Katakanlah, “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan keji, baik yang tampak ataupun tersembunyi, perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar.”

Untuk terjaganya muru’ah pendidik sebagaimana tersebut diatas, apa saja yang harus ada dalam setiap diri pendidik?. Minimal ada dua hal pekerjaan besar yang harus senantiasa dirawat dan dijaga bersama sekaligus sebagai ibrah buat kita.

Pertama, adalah seorang pendidik harus memiliki ketinggian cita-cita. Cita-cita tinggi tidak akan muncul manakala seorang pendidik tidak pernah keluar kelas melihat peristiwa dan fenomena yang sedang dan akan terjadi. Dibutuhkan kepekaan melihat peluang dan tantangan. Tidak hanya mengandalkan keahlian profesinya sebagai pendidik, namun harus memiliki jamak keahlian soft skills yang menunjang dalam menggelorakan semangat dan cita-cita luhurnya sebagai pendidik.

Kedua, adalah seorang pendidik harus memiliki kemuliaan jiwa. Jiwa yang bersih dari noda-noda yang menghalangi terpancarnya ilmu dari dalam dirinya untuk kemudian dipantulkan kembali ke peserta didiknya. Dibutuhkan introspeksi, refleksi, evaluasi, kolaborasi dan sinergi berbagai pihak, baik internal maupun eksternal sang pendidik agar kemuliaan jiwa tetap terjaga.

Luar biasa, Islam melalui Rasulullah SAW, para sahabat dan para ulama yang merupakan pendidik terbaik sepanjang zaman mengajarkan tentang betapa pentingnya menjaga muru’ah. Sehingga tatanan sosial pendidikan ikut terjaga dalam melahirkan pribadi-pribadi pendidik yang berwibawa dan selalu memberikan dampak pada lingkunganya. Wallahu'alam. Hanya nasihat diri untuk saya yang belum layak disebut guru.

Salam Guruku, Pelitaku. Selamat Hari Guru, 25 Nopember 2017

*) Manager Program Surau Merantau (SMP) Sekolah Alam Tangerang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement