Selasa 04 Dec 2012 13:56 WIB

Kehangatan dalam Kebersamaan Dubes RI dengan WNI Kongo

Foto Bersama Duta Besar RI Sudirman Haseng dengan WNI di Pointe Noire, Republik Kongo.
Foto: KBRI Abuja
Foto Bersama Duta Besar RI Sudirman Haseng dengan WNI di Pointe Noire, Republik Kongo.

 

Dalam rangka membina dan menggalang Warga Negara Indonesia (WNI) di wilayah kerja KBRI Abuja, Duta Besar RI, Sudirman Haseng bersama dengan staf KBRI Abuja mengunjungi Pointe Noire, Republik Kongo pada tanggal 25 – 26 November 2012. Selama perjalanan, kami banyak menemui WNI yang ingin bekerja di Republik Kongo dan negara sekitar lainnya.

Saat tiba di bandara internasional Pointe Noire, kami dijemput oleh Sdr. Tjoeng Khiong dan Sdr. Latif beserta rekan-rekannya. Mereka umumnya bekerja pada industri kayu.

Selama perjalanan, mereka menceritakan keberadaan WNI di Pointe Noire dan jumlahnya yang diperkirakan sekitar 400 (empat ratus) orang. Jumlah WNI terbanyak didominasi oleh mereka yang umumnya bekerja pada perusahaan industri kayu dan pelaut.

“Saat ini WNI yang bekerja di industri kayu kebanyakan berada di Dolosi, salah satu daerah konsentrasi camp industri kayu yang berjarak sekitar 160 Km dari Pointe Noire. Sementara pelaut kebanyakan berada di lepas pantai sekitar perairan Republik Kongo, jadi mereka jarang bisa berkumpul dan bertemu dengan kita,” ungkap Pak Khiong yang merupakan orang kontak KBRI Abuja di Pointe Noire, Republik Kongo.

Pada tanggal 26 November 2012, ada hal yang menarik dan tidak disangka oleh kami bahwa sekitar 25 (dua puluh lima) WNI dengan penuh antusias telah berkumpul dan menantikan kami di rumah Sdri. Meiti Rosidah, WNI yang mengikuti suami (WN Australia) di pertambangan minyak. Saat pertemuan yang penuh dengan kehangatan dan keakraban, WNI satu demi satu mengungkapkan apa yang mereka rasakan saat bertemu langsung dengan Duta Besar RI Sudirman Haseng.

“Pertemuan dengan WNI seperti ini, serasa saya bertemu dengan keluarga dan berada di Indonesia. Dan kalau bisa, Pak, pertemuannya lebih sering lagi,” kata Pak Saiman, pekerja industri kayu asal Yogyakarta.

Berbeda dengan Sdr. Meiti yang telah berdomisili di Pointe Noire selama kurang lebih 4 tahun, yang mengungkapkan, “Saya tidak menyangka kalau WNI cukup banyak di Pointe Noire. Ke depan, semoga kita bisa berkumpul lagi dan lebih banyak yang bisa hadir. Jangan lupa orang KBRI datang lagi ke Pointe Noire.”

Dalam pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Pointe Noire, kami membuka Klinik Layanan Kekonsuleran berupa layanan lapor diri dan informasi bantuan kekonsuleran lainnya, seperti: penanganan permasalahan WNI, pembuatan berbagai surat keterangan, persyaratan dan proses legalisasi. Sejak klinik ini dibuka, WNI dengan penuh antusias melaporkan diri dan menyertakan dokumen secara lengkap. Selain itu, mereka juga tidak henti-hentinya dan terus penasaran bertanya seputar layanan kekonsuleran dan perlindungan WNI lainnya oleh pemerintah Indonesia, khususnya KBRI Abuja kepada WNI di Republik Kongo.

Selanjutnya, Ibu Dimas Irwanto, ibu rumah tangga yang mengikuti suami bekerja di perusahaan minyak asing mengungkapkan, “Kalau suami pindah tugas dimanapun di luar negeri, saya selalu menyempatkan diri untuk melaporkan diri/keberadaan keluarga saya kepada KBRI karena banyak manfaatnya, seperti: mengurus pergantian paspor, surat keterangan kepindahan, dan banyak lagi.”

Sekilas mengenai Republik Kongo; Republik Kongo (Perancis : République du Congo), yang juga dikenal sebagai Kongo-Brazzaville, adalah sebuah negara di Afrika Tengah, berbatasan dengan Gabon, Kamerun, Central Africa, Republik Demokratik Congo, dan Teluk Guinea.

Sebagai penggerak perekonomian, minyak bumi telah menjadi produk ekspor utama yang menggantikan hasil hutan. Sementara, Pointe Noire merupakan kota perekonomian yang maju di Republik Kongo dengan kekayaan alam dan gas yang melimpah.

Kota yang berpenduduk sekitar 600 ribu jiwa tersebut juga memiliki potensi pariwisata yang menjanjikan, mengingat Kota Pointe Noire berada di sepanjang Samudera Atlantik. Tercatat hingga tahun 2011, volume perdagangan Indonesia – Republik Kongo telah meningkat positif yang mencapai US$ 30,1 Juta dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar US$ 15,4 Juta. Sementara volume perdagangan Januari – Agustus 2012 telah mencapai US$ 26 Juta dibanding dengan tahun 2011 sebesar US$ 20,8 Juta.

KBRI Abuja

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement