Jumat 27 Apr 2012 14:05 WIB

Melancong ala Backpacker Mengubah Pandangan Sulok tentang Islam

Sulok Sultan
Foto: Dvi Shifa
Sulok Sultan

Saya tidak merasakan kesulitan yang berarti. Apabila kita melakukan sesuatu dengan keyakinan penuh kepada Allah dan hanya berharap jannah sebagai balasannya, maka kita akan merasakan kepuasan dan kedamaian luar biasa. Allah selalu membantu saya setiap saat,” tulis Zoltán, menjawab pertanyaan yang saya ajukan melalui surel.

Islam mempunyai rekam jejak yang sangat panjang dalam sejarah negara Hungaria yang terletak di tengah-tengah benua Eropa ini. Apalagi, Hungaria pernah dikuasai oleh Turki Ottoman (1526-1699) sehingga Islam, tentu saja dari sudut pandang yang bias, juga diperkenalkan dalam kurikulum pendidikan di Hungaria.  

Oleh karena itulah bagi Sulok Zoltán, Presiden Organisasi Muslim di Hungaria, perkenalannya kepada Islam bukan merupakan sebuah penemuan singkat semata. Zoltán yang menjadi mualaf ketika ia masih berusia 25 tahun itu, memulai pencarian akan kehidupan dan kematian di usianya yang ke-18. 

Saat itu, ia terbaring sakit lebih dari sebulan di rumah sakit di Budapest. Namun, penyakit yang dideritanya baru sembuh setahun kemudian. Pada masa-masa itulah, Zoltán mulai mempelajari kitab perjanjian lama dan baru, ajaran Budha, serta Hindu, dengan satu tujuan yaitu mencari keaslian dalam ajaran-ajaran agama tersebut untuk dijadikan pegangan hidupnya. 

Dalam hatinya, sudah tertanam bahwa Tuhan tidak mungkin membedakan umat-Nya berdasarkan ras dan kebangsaan mereka semata. Tidak menemukan apa yang dicarinya dalam agama-agama tersebut, tidak serta-merta membuat kepercayaannya kepada Tuhan sirna. Meskipun demikian, Islam masih belum pernah terlintas di dalam benaknya sekalipun.

Ketika memasuki masa kuliah di Budapest University of Economics, Zoltán berkesempatan melancong ke Mesir dan Syria bersama kawan-kawannya. Pertemuannya dengan para Muslim yang berakhlak baik, rupanya membekas di hati Zoltán muda. 

Sekembalinya ke Budapest, ia pun mulai mencari-cari informasi tentang Islam dan mempelajarinya dari berbagai sumber yang bisa ia temui. Hingga akhirnya, ia mengikuti ceramah yang diadakan setiap hari Sabtu di Masjid Al-Qiba, Budapest. 

Pencarian seorang  Zoltán muda tidak berhenti sampai di sini. Dari interaksinya dengan sesama Muslim di Masjid Al-Qiba, perlahan tapi pasti membuka mata hati dan membasahi kehausan jiwanya akan kebenaran yang dicarinya selama ini. 

Pada saat itulah, ia memberitahukan niatnya untuk menjadi seorang mualaf kepada orang tuanya. Dan jawaban yang diterima dari ayahnya, tentu saja tidak menggembirakan. Di mata sang ayah, Zoltán tidak seharusnya mengikuti ajaran agama yang menjadi musuh orang Hungaria (baca: Turki) karena toh masih banyak agama-agama lain di muka bumi ini. 

“Mengapa harus Islam? Karena agama ini hanya dipeluk oleh mereka yang berasal dari timur, bukan bagi orang barat,” Zoltán mengenang ucapan sang ayahandanya tercinta.

Dihadapkan pada pemikiran dari sang ayah, Zoltán muda memutuskan untuk melakukan uji coba keyakinannya terhadap Islam. Setahun berikutnya, ia mencoba menjalani kehidupan seperti laiknya seorang Muslim dengan mempraktikkan shalat lima waktu, puasa pada bulan suci Ramadhan dan belajar membaca Alquran. 

Mungkin karena hidayah Allah sudah ada padanya, maka tidak sedikit pun Zoltán mengalami kesulitan menjalani pola hidup ala Muslim tersebut. Zoltán muda pun membuat keputusan, dianggapnya sebagai keputusan terbaik dalam hidupnya, yaitu tepat ketika ia lulus kuliah pada tanggal 25 Agustus 1995 di mana ia mengucapkan syahadat di Masjid Al-Qiba, Budapest.

Kehidupan setelah menjadi mualaf, Zoltán menjadi Sultan

Tentu saja kita maklum, jika ada orang-orang yang menentang keputusan yang diambil Sultan dan menjauhinya setelah itu. Namun, di luar dugaan bahwa teman-teman sejatinya, justru merasa bahwa Sultan semakin terasa dekat dengan mereka setelah menjadi seorang mualaf.

Meskipun dia tidak mengabari keislamannya kepada semua orang, dengan berbekal keyakinan untuk selalu berbuat baik kepada semua orang, menepati setiap ucapannya, ia yakin akan menumbuhkan rasa hormat orang pada dirinya. Perlahan tapi pasti, para koleganya pun mengetahui juga kabar keislamannya.  

“Saya tidak merasa perlu mengumumkan keislaman saya dengan kata-kata secara gamblang. Namun, biarlah perbuatan saya yang menunjukkan siapa saya sebenarnya,” Sultan menambahkan. 

Perjalanan karirnya pun terbilang mulus. Ia memulai karirnya sebagai seorang peneliti di sebuah lembaga swasta yang bergerak di bidang riset pemasaran, yang membawanya hingga ke jenjang manajer.

Selain berkarir, Sultan aktif mendirikan Organisasi Muslim Hungaria di tahun 2000. Ia pun akhirnya terpilih sebagai presiden dari organisasi ini pertama kalinya setahun kemudian.

Ketika kesibukannya di Organisasi Muslim Hungaria semakin meningkat, Sultan memutuskan melepas pekerjaan yang memberikan penghasilan sangat baik itu, dan rela bekerja purna waktu di organisasinya.

“Insya Allah, Allah selalu membantu saya dengan apa yang saya kerjakan, karena hanya ridha-Nya yang saya harapkan,” Sultan mengakhiri perbincangan karena sudah menjelang waktu shalat Jum’at.

Budapest, 22 April 2012

Dvi Shifa

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement