Selasa 03 Apr 2012 15:51 WIB

Pesan Dubes RI kepada Warga Indonesia di Swedia

Bapak Dewa Made Juniarta Sastrawan (Duta Besar RI untuk Swedia dan Latvia) sedang memberikan sambutan dalam acara ramah tamah dengan warga Indonesia di Gothenburg.
Foto: Foto: Erwin Adi Hartono
Bapak Dewa Made Juniarta Sastrawan (Duta Besar RI untuk Swedia dan Latvia) sedang memberikan sambutan dalam acara ramah tamah dengan warga Indonesia di Gothenburg.

Gothenburg, Swedia (24/3), Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Swedia dan Latvia yang baru, Bapak Dewa Made Juniarta Sastrawan melakukan acara ramah tamah bersama Perhimpunan Pelajar Indonesia di Swedia (PPI Swedia) dan masyarakat Indonesia di Gothenburg. Negara Swedia memiliki posisi yang strategis bagi Indonesia. Hubungan diplomatik Indonesia-Swedia telah terjalin sejak tahun 1953 dan hingga kini terus tumbuh, khususnya dalam bidang HAM dan teknologi telekomunikasi. 

Negara Swedia merupakan salah satu negara dengan tingkat kesejahteraan yang tertinggi di dunia serta aktif mendukung pengembangan teknologi yang ramah lingkungan. Selain itu, negara Swedia juga telah menjadi tujuan belajar favorit, bagi beberapa pelajar Indonesia yang umumnya mengambil pendidikan master dan doktoral di negeri Viking ini. Sekitar 100 pelajar Indonesia saat ini tengah menuntuk ilmu di Negara Swedia. 

Diawali dengan persembahan tarian Pisau Surit dari Karo, acara ramah tamah pada Sabtu malam menjadi wahana bagi masyarakat Indonesia untuk saling membaur dan bersilaturrahim. Acara ramah tamah yang diselenggarakan KBRI Stockholm di Gothenburg kali ini, sekaligus merupakan acara ramah tamah dan perkenalan Bapak Juniarta Sastrawan yang resmi menjabat sebagai kepala perwakilan RI di Swedia dan Latvia sejak 2012 ini.

Dalam sambutannya, beliau menekankan konsep diaspora sebagai metode untuk memperkenalkan Indonesia di Swedia. Generasi Indonesia telah mulai datang di Swedia pada tahun 50-an, yang saat ini menyebar di berbagai tempat di Swedia. Seiring dengan waktu, warga Indonesia yang tinggal di Swedia terus berkembang baik dari jumlah populasi maupun taraf kehidupannya.

Melalui diaspora Indonesia di Swedia, diharapkan Indonesia dapat menjadi lebih dikenal baik di Swedia. Jumlah warga Indonesia sendiri tidak terlalu banyak yang berdiam di Swedia, jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa besar seperti Inggris, Belanda maupun Jerman. Banyak orang Swedia yang masih sekadar mengenal Bali daripada Indonesia sendiri. Padahal, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan kekayaan budayanya. 

Dalam sesi tanya jawab, masyarakat Indonesia mengharapkan agar agenda-agenda promosi Indonesia dapat menjadi lebih semarak lagi di masa yang akan datang. Pak Juniarta Sastrawan dalam kesempatan itu berjanji, akan mendorong KBRI untuk berperan aktif memfasilitasi kegiatan promosi Indonesia di Swedia yang diselenggarakan oleh masyarakat Indonesia.

Para mahasiswa juga mendorong KBRI untuk memanfaatkan teknologi informasi melalui website resmi KBRI secara lebih maksimal. Di era digital saat ini, pemanfaatan website mutlak sangat diperlukan sebagai media komunikasi yang efektif. 

Bersama mahasiswa, Bapak Juniarta Sastrawan berdiskusi tentang peralihan kebijakan pendidikan di Swedia bagi mahasiswa internasional, termasuk Indonesia, yang harus membayar tuition fee sejak tahun 2011. Padahal, sebelum 2011 tidak ada pengenaan aturan tuition fee bagi mahasiswa internasional. Hal ini tentunya, menjadi tantangan tersendiri bagi para pelajar Indonesia yang berencana menuntut ilmu di Swedia.

Di samping itu, Pak Juniarta juga berpesan agar mahasiswa Indonesia dapat membawa nilai-nilai positif yang didapat selama di Swedia untuk dapat disebarkan di Indonesia. Acara yang berlangsung penuh dengan suasana keakraban malam itu, juga diisi dengan acara makan malam serta foto bersama antara Pak Juniarta dengan para warga Indonesia.

Muhammad Mufti Azis

Koordinator Pusat PPI Swedia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement