Senin 04 Jul 2011 19:42 WIB

Habibie Berkisah di Depan Perwakilan Ormas Indonesia di Berlin

BJ Habibie
Foto: Republika/Yogi Ardhi
BJ Habibie

Mantan Presiden RI, B.J. Habibie, mengadakan diskusi terbatas dengan beberapa perwakilan Perhimpunan Pelajar Indonesia  (PPI Berlin dan PPI Jerman) dan  organisasi masyarakat Indonesia yang berada di Jerman , Jumat (1/7).

Bertempat di kediaman Duta Besar Indonesia untuk Republik Federasi Jerman, Eddy Pratomo, diskusi berjalan selama kurang lebih dua jam. Eddy, yang juga berfungsi sebagai moderator acara, menjelaskan bahwa kunjungan Habibie ke Jerman kali ini salah satunya untuk membantu KBRI Berlin dalam mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Jerman. Sebelumnya, Habibie sempat bertemu dengan perwakilan Fraksi Gabungan Jerman, Presiden Jerman Wulff, Menlu Jerman, dan beberapa elemen serupa lainnya.

Dalam pembukanya Habibie menjelaskan bahwa tujuan kedatangannya kali ini lebih diutamakan untuk cek kesehatan. „Sebenarnya saya kesini untuk cek kesehatan, dan saya memang tidak mempunyai tugas khusus, kan saya sudah eyang,  sudah pensiun. Jadi kalau ada pun itu hanya menunaikan kewajiban saya sebagai anak bangsa“  tuturnya sambil tersenyum.

Kedatangan Habibie kali ini ditemani oleh keluarga, yaitu  anak, menantu dan lengkap dengan keenam cucunya. Beliau pun sempat memperkenalkan mereka satu per satu kepada hadirin yang datang.  „Seperti yang semua tahu, saya kan sedang labil ditinggal ibu, jadi keluarga selalu menemani“ ucapnya. Hadir sebagai pembicara, anak pertamanya, Ilham Akbar yang juga ketua ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) dan ketua PAJ (Perhimpunan Alumni Jerman).

Tanpa banyak pendahuluan, Habibie langsung membuka sesi tanya jawab kepada tamu undangan. Keterbatasan waktu menyebabkan sedikitnya kesempatan untuk bertanya, hanya dua orang penanya yang beruntung dalam kesempatan ini.

Penanya pertama menanyakan bagaimana agar teknologi tidak hanya berkembang di perkotaan, namun juga di pedesaan. Habibie mengatakan pendekatan yang sekarang perlu dilakukan adalah pendekatan secara kultural dan struktural. “Karena itu saya mendirikan ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia) . Teknologi baru ada ketika pendidikan itu ada,“ tuturnya. Beliau menyebutkan bahwa sebagai fungsi kultural, agama merupakan media yang baik dalam memajukan pendidikan dan meningkatkan kualitas berfikir, bekerja, berkarya, iman taqwa, dan hidup. “Jadi contoh masjid, sekarang perlu dijadikan sarana pendidikan, bukan hanya ibadah“, ucapnya.

Penanya yang kedua menanyakan apa cita cita dari Habibie sekarang ini. Beliau mengatakan “Saya ingin memiliki keluarga yang sejahtera dan bahagia. Secara biologis anak saya hanya 2 orang dan cucu ada 6 orang, tapi saya punya anak-anak yang lain, anak intelek saya ada ribuan yang tersebar di penjuru Indonesia“. Habibie bercita-cita agar anak-anak bangsanya dapat lebih hebat daripada dia. Menurutnya, ada 3 elemen hidup yang perlu dijalankan secara seimbang dalam mencapai kesuksesan, yaitu elemen budaya, elemen agama, dan elemen IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).

Habibie banyak bercerita tentang kehidupannya setelah wafatnya sang istri (Alm. Ainun Habibie). Mata Habibie sempat berkaca-kaca saat menceritakan detik-detik kepergian istrinya. Sekitar lebih dari 45 menit Habibie berkisah tentang perjalanan hidupnya dengan sang istri, serta bagaimana akhirnya dia dapat menuliskan buku  berjudul ‘Habibie & Ainun’ . Habibie berkata  “Di suksesnya seorang pria, ada wanita yang kuat dibelakangnya dan di suksesnya seorang wanita, ada pria kuat dibelakangnya.”

Di akhir acara Habibie berpesan kepada generasi muda untuk menyeimbangkan antara IMTAQ (red-perilaku) dan IPTEK. “Work very hard, be rational, be fair, do low profile and never never ever be a hero” ucap mantan Presiden RI ketiga sebagai penutup.

Arif Wirawan

Presidium Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Berlin e.V.

_________________________________________

Rubrik Jurnalisme Warga memuat tulisan kiriman pembaca. Kirimkan tulisan Anda (mencakup laporan, tips, pengalaman, dan kisah mengenai berbagai hal) beserta foto-foto ke: [email protected]. Tulisan disertai identitas jelas pengirim. Redaksi berhak tidak menayangkan kiriman tulisan berdasarkan penilaian redaksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement