Jumat 24 Jan 2020 12:00 WIB

Asma’ Binti Yazid, Jubir Muslimah Zaman Nabi Muhammad

Asma' Binti Yazid datang menemui Nabi Muhammad dan menyampaikan persoalan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Asma’ Binti Yazid, Jubir Muslimah Zaman Nabi Muhammad. Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: MgIt03
Asma’ Binti Yazid, Jubir Muslimah Zaman Nabi Muhammad. Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Asma’ binti Yazid merupakan sosok wanita yang pemberani dan tangguh. Beliau termasuk dari golongan kaum Anshar yang biasa disebut sebagai Ummu Salamah.

Asma’ semasa hidupnya dijuluki juru bicara (jubir) kaum wanita sebab tak ada satupun wanita Arab kala itu yang mampu menandingi kepiawaiannya dalam berkhutbah.

Baca Juga

Pemilik nama lengkap As’a' binti Yazid bin Sukun bin Rafi ini pernah terjun langsung dalam perang Yarmuk dan berhasil membunuh sembilan orang tentara Romawi yang sedang dalam persembunyiannya.

Dalam buku Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah karya Syaikh Muhammad Sa’id Mursi disebutkan, Asma’ pernah mendatangi Rasulullah SAW bersama para sahabatnya. Kemudian, beliau berkata kepada Rasulullah:

“Engkau bagaikan ibu dan sekaligus ayahku, wahai Rasulullah. Keberadaanku di sini adalah untuk mewakili para wanita. Bahwasannya Allah telah mengutusmu untuk segenap laki-laki dan perempuan. Kami mengimanimu dan juga TuhanMu. Aku akan memberitahukan kepadamu, bahwa kita kaum wanita tak mempunyai gerak yang leluasa tak sebagaimana laki-laki. Amal perbuatan kami hanya sebatas perbuatan yang bersifat rumah tangga saja, tempat pelampiasan nafsu kalian dan sekaligus untuk mengandung dan melahirkan anak-anak kalian pula.

Ini berbeda dengan kalan semua, wahai kaum laki-laki. Kalian melebihi kami dalam hal berjamaah, menjenguk orang sakit, mengantarkan mayat ke kuburan, haji, dan yang lebih utama lagi adalah kemampuan kalian untuk melakukan jijad di jalan Allah. Amal perbuatan kami di saat kalian pergi haji atau melakukan jihad hanya sebatas menjaga harta, mencuci pakaian, dan mendidik anak-anak kalian pula.

Oleh karena itu, kami ingin bertanya kepada kalian, apakah amal perbuatan kami itu pahalanya bisa disetarakan dengan amal perbuatan kalian?”

Mendengar perkataan tersebut, Rasulullah sempat tersentak dan seketika itu langsung menoleh kepada para sahabatnya seraya berkata: “Apakah kalian pernah mendengar sebuah perkataan yang lebih baik daripada perkataan seorang wanita yang sedang membahas permasalahan agamanya?”.

Mendengar pertanyaan Rasulullah SAW, para sahabat pun menjawab: “Wahai Rasulullah, kami sama sekali tidak menyangka kalau para wanita mempunyai keinginan mulia semacam itu,”.

Kemudian, Rasulullah pun menoleh kepada Asma’ bin Yazid dan berkata: “Engkau pahamilah dan sampaikanlah apa yang akan aku katakan nanti kepada wanita-wanita selainmu. Bahwa suami dengan baik merawatnya di saat ia sakit, mematuhi perintahnya, pahalanya setara dengan amal perbuatan yang hanya bisa dikerjakan oleh para laki-laki tersebut,”.

Maka mendengar jawaban Nabi inilah, Asma’ langsung beranjak dan meninggalkan tempat tersebut seraya mengucapkan kalimat: la illaha illallah.

Keberanian dan kecerdasan Asma’ binti Yazid ini merupakan hal yang jarang ditemui pada masa Nabi. Terlebih, beliau adalah seorang perempuan yang berbicara langsung di hadapan Rasulullah SAW beserta para sahabatnya. Keberanian serta tutur kata yang terstruktur itu merupakan bukti kecerdasan serta ketulusan hati Asma’ dalam membela agama Allah SWT.

Dalam hidupnya, Asma’ binti Yazid mampu meriwayatkan sekitar 80 hadis Nabi Muhammad SAW. Adapun salah satu hadis yang ia riwayatkan adalah: “Bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: berdusta dilarang kecuali pada tiga tempat. Pertama, seorang suami yang membohongi istinya demi keharmonisan rumah tangga. Kedua, mendustai musuh di saat melakukan perang. Dan ketiga, mendustai manusia demi misi perdamaian,”.

Hadis tersebut merupakan hadis shahih atas riwayat Imam Tirmidzi. Asma’ binti Yazid meninggal dunia pada tahun 30 Hijriah. Perjuangan serta kontribusinya dalam sejarah Islam sangat bermakna dan menjadi sebuah teladan yang terkumpul dalam khazanah Islam.

Teladannya membekas hingga menembus waktu. Bahwa sejatinya, Muslimah juga berhak bersuara, menyuarakan pendapat dan juga melemparkan argumentasi yang selaras dengan nilai-nilai kebaikan. Semoga, kontribusi yang diberikan beliau dapat dijadikan inspirasi bagi kaum Muslimah di seluruh dunia hari ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement