Kamis 27 Feb 2014 16:00 WIB

Pentingnya Deteksi Dini Kanker Serviks (2-Habis)

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Deteksi dini kanker serviks sebaiknya dilakukan tiga tahun berturut-turut.
Foto: Prayogi/Republika
Deteksi dini kanker serviks sebaiknya dilakukan tiga tahun berturut-turut.

REPUBLIKA.CO.ID, Kanker serviks adalah penderitaan yang sering kali menghabiskan biaya yang berujung kematian. Padahal pada awal terinfeksi virus ini, perempuan tidak akan menemukan gejala apapun pada dirinya.

Menurut dr Andi Darma Putra SpOG (K), kanker serviks penyebab utamanya adalah human pappiloma virus (HPV). HPV ini tempat hidupnya berada pada epitel atau permukaan kulit.

Lalu, bagaimana caranya bisa masuk ke serviks? HPV ini bisa terdorong masuk ke serviks atau leher rahim dengan adanya aktivitas seksual. HPV itu, Andi menambahkan, banyak sekali tipenya. Namun, yang terkenal menyebabkan kanker serviks, yaitu HPV tipe 6, 11, 16, dan 18.

Awal terinfeksi virus ini, yakni perempuan tidak akan menemukan gejala apa pun pada dirinya. Gejala baru muncul pada stadium lanjut, seperti berdarah ketika berhubungan seksual, keputihan berubah menjadi cokelat hijau atau kuning, nyeri pinggul, dan nyeri kelamin.

Karena pertumbuhan sel kanker memakan waktu lima sampai 20 tahun, banyak penderita kanker serviks datang ke dokter dalam kondisi sudah stadium lanjut. Sekitar 70 persennya.

Padahal, jika datang ke dokter pada saat masih lesi prakanker, harapan hidup perempuan tersebut sekitar 100 persen. Sedangkan, jika sudah masuk stadium satu, harapan hidup selama lima tahun 90 sampai 99 persen.

Parahnya jika pasien datang pada stadium empat kanker serviks, harapan hidupnya selama lima tahun hanya 10 sampai 20 persen. “Kondisi ini bisa dicegah jika perempuan Indonesia mau melakukan deteksi dini,” ujar Andi.

Untuk memeriksa kanker serviks, metode umum yang digunakan adalah pap smear adalah IVA. Selain pap smear dan IVA, di berbagai negara di dunia telah mengaplikasikan metode baru, yaitu menggunakan teknologi pengambilan sampel cairan serviks sendiri (self-sampling). Metode baru ini merupakan solusi untuk para wanita yang enggan melakukan deteksi dini kanker serviks.

Selama ini, dokter terkadang mengalami kesulitan dalam menganjurkan para wanita untuk melakukan pemeriksaan atau skrining (umumnya pap smear) karena ketidaknyamanan pada saat pemeriksaan.

 Namun melalui metode self-sampling, wanita dapat melakukan pengambilan sampel cairan serviks sendiri secara pribadi di rumah maupun di klinik dokter. Sehingga, memudahkan dokter dalam menganjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan awal dalam kanker serviks.

Metode self-sampling bertujuan untuk mengambil sampel HPV DNA. Metode ini dilakukan tanpa perlu menggunakan spekulum dan sikat yang bagi sebagian perempuan sangat menyakitkan pada prosesnya. Andi menambahkan, tes HPV sangat penting untuk deteksi dini kanker serviks karena umumnya penderita tidak sadar dirinya sudah mengidap kanker serviks.

Beberapa negara di dunia telah mengaplikasikan teknologi tersebut, seperti Belanda, Finlandia, Italia, Jerman, Malta, Spanyol, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Di Belanda, Italia, dan Thailand, metode self-sampling akan dimasukkan ke jaminan kesehatan nasional untuk menurunkan jumlah penderita kanker serviks.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement