Kamis 14 Mar 2013 09:08 WIB

Jangan Sembarangan Unggah Foto Anak, Mengapa?

Rep: Desy Susilawati/ Red: Endah Hapsari
Foto bayi/ilustrasi
Foto: pxleyes.com
Foto bayi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Banyak hal tentang kehidupan yang tampak menarik untuk diunggah ke facebook, twitter, atau Instagram. Tak terkecuali cerita tentang prestasi si kecil, pose fotonya yang menggemaskan, atau bahkan video polah polosnya. Apakah Anda juga melakukannya?

Rebecca Michals dari BabyCenter.com melihat orang tua baru-terutama para ibu-mengunggah foto untuk merayakan kehadiran anaknya secara komunal. Terlebih, banyak ibu yang seperti sedang terisolasi dari pergaulannya sejak memiliki momongan. “Begitu mengunggah foto anandanya, semua kawan seolah bisa merasakan pengalaman kita dan itu rasa yang luar biasa,” ujar Michaels yang lamannya dikunjungi 13 juta ibu per bulan. 

Potret yang sama juga tampak di Indonesia. Psikolog Ratih Ibrahim memantau, ketimbang ayah lebih banyak ibu yang memublikasikan anaknya di berbagai akun sosial media. Ibu-ibu mengunggah cerita, foto, ataupun video untuk meluapkan kebahagiaan dan kebanggaannya kepada anak sekaligus menginformasikannya kepada keluarga yang berjauhan dan para sahabat. “Ayah jarang, bahkan tidak sama sekali mem-posting (memublikasikan) cerita, foto, maupun video anak maupun istrinya.” 

Sebetulnya, tak ada masalah memublikasikan anak ke dunia maya. Akan tetapi, tak semua cerita, foto, ataupun video sebetulnya pantas untuk disebarkan ke dunia maya. Ratih menyarankan agar orang tua selektif memilih konten. “Ingatlah, kelak anak ketika sudah lebih besar, belum tentu sepakat dengan hal yang kita anggap lucu saat ini.”

Selagi masih di bawah umur, nasib anak berada di tangan orang tua. Ayah dan ibu berperan besar dalam menentukan jalan hidup anak. Di lain sisi, anak tetap memiliki privasi. Di usia dini anak belum mengerti, belum bisa menetapkan batas keleluasaan pribadi yang tak boleh dilanggar orang lain. “Di usia praremaja, sekitar 11 hingga 12 tahun, anak sudah membangun tembok privasinya,” jelas Ratih.

Di usia praremaja, anak dapat mengkritisi aktivitas orang tuanya di situs jejaring sosial. Ia sudah mampu menyatakan keberatannya. Foto masa balita yang pernah diunggah ibunda bisa jadi akan membuatnya malu bercampur kesal. “Kemarahan kepada orang tua bisa membuat anak berubah menjadi pendiam, pemalu, tidak percaya diri, minder, dan pemarah ,” ujar Presiden Direktur Personal Growth ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement