Rabu 16 Apr 2014 10:46 WIB

Apakah Anda Ayah Masa Kini?

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, Seperti apakah potret ayah masa kini? Apakah seperti ayah masa lampau yang membiarkan anak hanya diurus ibunya, atau sudah beranjak dari kebiasaan lama itu?

Sosiolog Musni Umar melihat ayah masa kini cenderung kurang peduli dan kurang dekat dengan anaknya. Kesibukan mencari nafkah menjadi penyebab utamanya. Apalagi, mereka yang hidup di kota besar seperti Jakarta yang penuh pertarungan.

Ayah juga kerap sibuk dengan hobinya sendiri. Mulai dari hobi olahraga, seperti golf, bulu tangkis, sepeda, dan lainnya. Ada juga golongan ayah yang sibuk dengan bidang keilmuannya. Dia akan terus berkutat dengan komputer, bacaan, wawancara, dan menulis.

“Kesibukan ayah itu membuat anak terlupakan dan sulit melakukan komunikasi dengan anak,” kata pria yang menjabat sebagai Direktur Institute for Social Empowerment and Democracy (INSED).

Di kalangan masyarakat kelas bawah, fenomena serupa juga tampak. Perbedaannya, ayah menjadi jauh dengan anaknya lantaran kepusingannya dengan kehidupannya yang sulit. Setiap hari dia stres. Akhirnya, anak menjadi sasaran kemarahannya.

“Anak menjadi tempat pelampiasan,” ujar Musni.

Jika sang istri juga tidak dekat dengan anak dan sibuk dengan urusannya sendiri maka anak menjadi hidup dengan dirinya sendiri. Anak akan mencari teman di dunia maya, bergaul dengan yang senasib. Bukan mustahil anak juga akan mencari kesenangan di luar rumah karena merasa tidak mendapat perhatian dari ayah dan ibunya.

Anak yang tak bahagia di rumah memicu timbulnya banyak problem sosial. Pergaulan bebas, seks bebas, minum minuman keras, narkoba, dan kegagalan di bidang akademik merupakan beberapa contoh masalahnya.

“Semua itu mereka lakukan untuk menyalurkan perasaan terasing dari orang tua,” kata Musni.

Untuk menghindari hal tersebut, ayah harus kembali melihat fungsinya sebagai pemimpin rumah tangga. Ayah harus membina, mencerahkan. serta memenuhi kebutuhan spiritual dan material anak dan istrinya.

“Tidak cukup hanya punya uang, Ayah juga harus berperan dalam keluarga,” ujarnya menyarankan.

Ayah juga harus bisa melayani, memberikan panduan, nasihat, serta bimbingan kepada anak dan istrinya. Rumah tangga adalah miniatur masyarakat, miniatur negara. Jika rumah tangganya baik, masyarakat dan negaranya akan baik.

“Begitu pula sebaliknya, jika rumah tangganya buruk, masyarakat dan negaranya juga akan buruk,” kata Musni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement