Ahad 28 Jul 2013 21:27 WIB

Begini Cara Mengajari Anak Agar Terhindar dari Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual terhadap anak (ilustrasi)
Pelecehan seksual terhadap anak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dr Wendy Hertanto MA mengisyaratkan orang tua untuk mengingatkan anaknya untuk tidak membolehkan orang lain menyentuh kemaluan atau alat reproduksinya guna menekan terjadinya kasus-kasus pelecehan seksual dan perkosaan.

"Pendidikan tersebut penting karena selain anak lemah, mereka juga tidak mengerti kalau tindak perkosaan akan merugikan masa depan mereka," katanya dalam rangkaian kunjungan kerjanya ke Provinsi Riau pada 27-28 Juli 2013 di Pekanbaru, Minggu.

Ia mengatakan itu terkait kasus pelecehan seksual dan perkosaan di tanah air makin marak, pelaku cenderung menjaring korbannya di kalangan anak-anak karena mereka lemah dan tidak mengerti bahwa bahaya mengancam mereka.

Dalam kasus ini diperlukan penghukuman yang lebih berat disamping keluarga tetap mendidik anak mereka untuk melindungi alat reproduksinya tersebut.

Menurut deputi, pelaku kasus-kasus perkosaan cenderung berasal dari orang-orang terdekat mereka seperti bapak kandung, paman kandung atau abang kandungnya lebih akibat maraknya tayangan pornografi melalui telepon seluler.

Parahnya akibat dibujuk dan dirayu, katanya, anak perempuan karena tidak mengerti membiarkan modus itu terjadi dan mirisnya karena lemah mereka justru tidak bisa memberikan perlawanan.

"Oleh karena itu, anak perlu diberikan pengetahuan tentang kejahatan yang selalu mengancam mereka agar alat reproduksi mereka bisa dilindungi," katanya.

Pendidikan ini penting, katanya, sekaligus mengantisipasi terjadinya perkawinan dalam usia dini lebih akibat sepasang remaja terpaksa dinikahkan karena mereka terlanjur melakukan hubungan seks pra nikah.

Perkawinan usia dini, katanya lagi lebih banyak memicu terjadinya perceraian dimana berdasarkan data dari 300 ribu kasus perceraian 10 persen di antaranya berasal dari kasus perkawinan dalam usia muda.

"Sebuah perkawinan tidak bisa hanya mengandalkan cinta, sebab ketika sudah memasuki perkawinan memerlukan kedewasaan mental, dan biaya," katanya.

Jika perceraian terjadi, banyak anak-anak yang terlantar karena orang tua mereka hanya tamat SMP dan SMA tidak tidak bisa mencari nafkah ekonomi dengan maksimal dan kasus ini memicu timbulnya kemiskinan.

Oleh sebab itu, tambahnya, kampanye tentang generasi berencana perlu terus digiatkan kapan anak tepat usianya untuk menikah, melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan mencari pekerjaan yang layak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement