Rabu 16 Apr 2014 11:05 WIB

Kain Songket, Mahakarya Penenun Pande Sikek

Rep: Dewi Mardiani/ Red: Indira Rezkisari
Menparekraf Marie Pangestu sedang mengagumi sehelai songket.
Foto: M Arif Pribadi/Antara
Menparekraf Marie Pangestu sedang mengagumi sehelai songket.

REPUBLIKA.CO.ID, Anda penggemar kain songket? Jika begitu, Anda tentu punya banyak koleksi kain indah yang banyak dibuat oleh para penenun asal Desa Pande Sikek, Sepuluh Koto, Padang Panjang, Sumatra Barat (Sumbar) ini.

Tahukah Anda, kain songket memiliki motif yang sangat beragam. Tenun songket khas Sumbar misalnya, punya setidaknya 350 jenis motif. Begitu pun bentuknya, beraneka macam. Tak hanya selendang atau kain sarung, tapi juga taplak meja, hiasan dinding, tutup piano, dan lain-lain.

Untuk yang berujud kain sarung, biasanya dikenakan saat acara-acara khusus semisal menghadiri pesta. Padanannya adalah baju kurung atau kebaya. Tapi kini, seiring perkembangan mode, kain songket bisa dipadu-padan dengan berbagai model busana.

Tak heran, penggemar kain songket terus bertambah dari hari ke hari. Tak hanya orang lokal, orang asing pun menyukainya. Hal itu, setidaknya terlihat dari banyaknya turis asing yang datang ke Desa Pande Sikek untuk berburu kain songket sekaligus melihat langsung proses pembuatannya.

''Mereka berasal dari Singapura, Malaysia, Brunei, Belanda, Jerman, Perancis, Spanyol, Australia, Belgia, dan masih banyak lagi,'' tutur Erma Yulnita, salah satu penenun Pande Sikek.

Menurut Erma, kain songket adalah karya tenun yang dalam membuatnya dibutuhkan ketekunan dan ketelitian. Bayangkan saja, dalam satu hari kerja (sekitar delapan jam), seorang penenun hanya mampu menghasilkan kain sepanjang 8 cm.

Tak heran bila harga satu lembar kain tenun songket bisa mencapai jutaan rupiah. ''Yah, seimbanglah dengan ketekunan kami ini,'' kata Erma, pemilik Toko Satu Karya di Desa Sepuluh Koto ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement