Sabtu 15 Mar 2014 17:57 WIB

PDIP Projo: Tak Ada Lagi Dikotomi Pro Jokowi dan Pro Mega

Acara pendeklarasian PDIP Pro Jokowi (PDIP-Projo) wilayah Jawa Timur.
Foto: Istimewa
Acara pendeklarasian PDIP Pro Jokowi (PDIP-Projo) wilayah Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deklarator PDI Perjuangan Pro Jokowi (Projo) Fahmi Habsyi meminta kekuatan PDIP Pro Mega dan PDIP Projo untuk bersatu. Tidak ada lagi dikotomi pasca-Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menetapkan capres yang akan diusung PDIP.

Fahmi mengatakan, sejarah mencatat yang  menang hanya satu yaitu Megawati Soekarnoputri, PDI Perjuangan dan Trisakti negeri ini. Kalaupun Jokowi jadi presiden maka hal itu cuma bonus.

"Wajar saja ada Pro Jokowi, Pro Mega, Pro Puan, Pro Hasto atau apapun istilahnya sebagai sifat dan sikap politik di internal ketika belum diputuskan oleh Bunda Mega. Itu merupakan bagian dari dialektika pencapresan," kata Fahmi.

Namun setelah Megawati mengambil keputusan,kata dia, maka otomatis loyalitas yang ada hanya satu, yaitu kader dan simpatisan PDI  Perjuangan dalam komando  Megawati. Langkah yang harus dipikirkan bersama adalah memenangkan Pileg, memenangkan Jokowi di pilpres dan melawan kecurangan Pileg/Pilpres.

"Sekarang semua kader PDI Perjuangan harus solid untuk menghadapi ancaman kecurangan pemilu dalam operasi-operasi siluman. Tidak ada lagi Pro Jokowi atau Pro Mega," ungkapnya.

Sebelumnya, sebuah televisi nasional menyiarkan berita bahwa pendukung Mega yang tergabung di Promeg Jatim, Bido Swasono menolak pencapresan Jokowi, dan memutuskan untuk golput. "Saya akan temui Mas Bido untuk mendiskusikannya karena bagaimanapun sikap politik dan militansi Bido juga harus dihargai," kata Fahmi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement