Jumat 25 Nov 2011 19:16 WIB

Hijrah dari Suasana Korupsi ke tidak Korupsi

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Johar Arif
Ilustrasi
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Tahun baru Islam ditandai dengan peristiwa luar biasa, yakni hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah. Hal ini menjadikan Islam berkembang ke seluruh dunia.

“Ini merupakan makna secara fisik, sementara makna hakikinya yakni dari kegelapan ke terang atau ke sinar petunjuk Allah,” kata Sekretaris Majelis Ulama Indonesia DIY, KRT Ahmad Muhsin Kamaludiningrat, kepada Republika, Jum'at (25/11).

Ia mengatakan makna yang harus diperbarui dalam situasi bangsa Indonesia sekarang ini adalah harus dilakukan hijrah dari hal yang tidak baik ke yang baik, dari suana korupsi ke tidak korupsi, dari pornografi ke bukan pornografi, dan dari kehidupan yang tidak baik ke kehidupan yang baik.

“Kalau dalam pewayangan, hijrah Nabi Muhammad saw itu diadopsi sebagai sebelum goro-goro dan setelah goro-goro. Pendawa Lima itu sebelum goro-goro difitnah, dicacimaki, dihujat. Namun setelah goro-goro dipuji-puji. Sebagaimana Nabi Muhammad, ketika di Makkah dimaki-maki, difitnah, tetapi setelah di Madinah mendapat perlakukan yang baik,'' jelas Muhsin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement