Ahad 17 Aug 2014 17:15 WIB

Wali Kota Bogor: Era Reformasi Merdeka dari Kemacetan

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto usai melapor di kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Senin (14/7).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto usai melapor di kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Senin (14/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor, Bima Arya mengatakan, makna kemerdekaan di era saat ini memiliki banyak arti, di antaranya merdeka dari kemacetan, merdeka dari kemiskinan dan merdeka dari kebodohan.

"Pada era Proklamasi makna kemerdekaan adalah bebas dari penjajahan, tetapi di era reformasi saat ini merdeka sekarang banyak arti, merdeka dari belenggu kemiskinan, merdeka dari terikat kebodohan, dan merdeka dari segala kemacetan yang menghadang," kata Bima dalam upacara HUT ke-69 Kemerdekaan RI tingkat Kota Bogor di Lapangan Sempur, Ahad (17/8).

Bima menyampaikan di era Presiden Sukarno, pemimpin pertama Republik Indonesia tersebut pernah mengatakan Jas Merah alias jangan sekali-kali melupakan sejarah. Kalimat ini dimaknai agar seluruh rakyat Indonesia tidak boleh terlepas dari akar yang membawa bangsa di era saat ini.

Pada Pemerintahan Presiden Soeharto, lanjut Bima, 32 tahun yang lalu Presiden Orde Lama tersebut mengatakan kepada rakyat Indonesia, tidak boleh putus batin dan harus kontak batin dengan Pahlawan Bangsa.

"Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan dalam pidatonya pada tanggal 15 Agustus 2014, bahwa kemerdekaan tidak diperoleh dengan mudah dan instan, tetapi ada jalan panjang lewat darah dan air mata. Presiden mengingatkan kita apa yang dinikmati saat ini bukan seketika, sekonyong-konyong tetapi ada jalan panjang dari pahlawan bangsa," kata Bima.

Dia mengutarakan, nilai terbesar yang diwariskan pendiri dan pahlawan bangsa dalam memaknai kemerdekaan adalah pengorbanan. Orang-orang besar, tokoh-tokoh yang berani mengorbakan kepentingan sediri, kelompok bahkan partai untuk kepentingan lebih besar yakni kemajuan bangsa.

"Sejauh mana sampai hari ini kita memiliki keberanian, niat bersungguh-sungguh secara bersama-sama untuk membangun bangsa, sejauh mana pemimpin dan tokoh yang menempati posisi konci berkiprah untuk menempatkan kepentingan yang lebih besar di atas kepentingan sendiri," ujarnya.

Mekmaknai Hari Kemerdekaan, Bima mengajak seluruh tokoh masyarakat, pemimpin pengemban amanah untuk niatkan diri merapatkan barisan untuk menempatkan kepentingan lebih besar yakni kepentingan warga dengan meninggalkan kepentingan jangka pendek dan kecil.

"Apa makna sejati dari kemerdekaan? hakikat dasar kemerdekaan? Setiap masa ada tantangannya dan dinamikanya dulu diartikan sederhana merdeka dari penjajahan sekarang tantangan menggunung dan besar. Apakah saat ini kita sudah menikmati apa arti kemerdekaan," tanya Bima kepada seluruh peserta upacara.

Bima menyebutkan, apakah rakyat sudah merasakan sesungguhnya kemerdekaan itu apabila ada 87 ribu warga Kota Bogor hidup di bawah garis kemiskinan. Apakah merdeka dengan kemacetan dimana Pemerintah Kota Bogor mencatat kerugian akibat macet Rp 1 miliar per jam. Terdapat 3 riu warga yang belum pernah bersekolah, serta setiap tahunnya terjadi 100 tawuran.

"Apakah kemerdekaan yang kita nikmati sekarang. Kalau semua ini masih kita saksikan dan rasakan," kata Bima.

Dia menambahkan, merdeka dahulu lebih sederhana, merdeka saat ini banyak arti. Ketika warga bisa dekat dengan pemimpinnya, mengkritisi pemimpin dan bisa menentukan kemana Kota Bogor bergerak di masa depan. "Saya mengajak seluruh elemen masyarakat Kota Bogor untuk bersama-sama merapatkan barisan, mari kita sama-sama menjemput harapan yang gemilang," katanya.

Pelaksanaan upacara HUT Kemerdekaan RI tingkat Kota Bogor berlangsung dalam kesederhanaan dan penuh penghayatan. Sejumlah tamu undangan dari kelompok masyarakat terlihat sedikit yang hadir namun dari instansi pemerintahan cukup banyak.

Menarik usai pelaksanaan upacara bendera, Wali Kota Bima Arya dan Wakil Wali Kota Usmar Hariman berkeliling Lapangan Sempur menyalami ratusan peserta upacara yang hadir seperti perwakilan dari sekolah, dinas pemerintahan, tenaga kesehatan, unsur TNI, Kepolisian, bahkan sampai warga yang datang hanya untuk menyaksikan upacara.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement