Jumat 18 Mar 2016 14:00 WIB

Semua Orang Bisa Mendongeng

Red:

Banyak cara bisa dilakukan untuk mendidik anak, salah satunya melalui dongeng. Namun, saat ini tidak sedikit orang tua atau pendidik yang sudah melupakan cara tersebut.

Dongeng mempunyai banyak manfaat, di antaranya dapat menanamkan akhlak sejak dini kepada anak. Karena itu, siapa saja sejatinya harus bisa mendongeng, termasuk guru dan orang tua yang mempunyai peran penting dalam mendidik anak bangsa.

"Orang tua atau guru, jadikanlah bercerita menjadi sebuah peluang emas dalam membentuk karakter positif untuk generasi anak-anak kita," kata pendongeng Kanfas, Dwi Cahyadi saat dihubungi Republika, Senin (14/3).

Pendongeng yang biasa dipanggil Kak Dwi tersebut mengatakan, eksistensi kegiatan mendongeng saat ini perlu ditingkatkan lagi karena kegiatan mendongeng tengah bersaing dengan gadget yang mungkin saja lebih menarik bagi anak-anak.

Selain itu, kata dia, mendongeng juga tengah bersaing dengan puluhan tayangan-tayangan televisi. Padahal, mendongeng sebagai sebuah seni tutur adalah salah satu budaya bangsa Indonesia. "Mendongeng adalah seni tutur yang bisa kita manfaatkan untuk membentuk karakter anak-anak kita dengan membangun imajinasi mereka," kata dia.

Kak Dwi mengatakan, masyarakat Indonesia saat ini tentu masih ingat dengan cerita-cerita atau dongeng yang dulu pernah diceritakan orang tua, kakek, dan neneknya. Dongeng juga sempat eksis di radio, surat kabar, majalah, dan buku-buku.

"Kalau tidak kita munculkan lagi budaya mendongeng dalam masyarakat kita, saya khawatir daya imajinasi anak-anak akan berkurang," ucap dia.

Menurut dia, imajinasi yang dibangkitkan dongeng bisa memicu daya kreativitas untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan. Kak Dwi bersama Gerakan Para Pendongeng untuk Kemanusiaan (GePPuK) mempunyai sebuah program reguler #AyahBercerita. "Kami mengajak para ayah agar mau secara rutin meluangkan waktu untuk bercerita kepada anaknya," ujar dia.

Dalam program tersebut, Kak Dwi bersama teman-temannya bahkan membuka kelas semi-workshop kepada para ayah untuk belajar tentang cara menjadikan bercerita sebagai sebuah kegiatan yang menyenangkan. Biasanya dalam workshop tersebut selalu dimulai dengan menyampaikan tentang begitu banyaknya manfaat mendongeng, baik terhadap pendengarnya maupun bagi pelakunya.

Dengan berbagi manfaat mendongeng dalam program tersebut, Kak Dwi berusaha meyakinkan para ayah bahwa mendongeng atau bercerita adalah mudah, sederhana, dan menyenangkan. "Manfaat mendongeng banyak sekali dan mendongeng itu gampang," kata dia.

Kak Dwi mengatakan, Gerakan Nasional #AyahBercerita digagas sejak bulan April 2015 lalu. Saat itu, Kak Dwi dan teman-temannya mengkhawatirkan adanya fenomena fatherless atau hilangnya sosok ayah dalam keluarga.

"Menurut kami, ini adalah sebuah bencana sosial. Ayah sibuk bekerja, tak pernah ada lagi waktu untuk anak-anaknya sehingga anak merasakan fisik ayahnya, tapi dia kehilangan sosok ayah," jelas dia.

Ia menyarankan, baik orang tua maupun guru mulai saat ini harus menyukai dunia anak-anak atau sayang kepada anaknya. Para orang tua dan guru juga harus selalu mempunyai keinginan untuk mencoba, berkomitmen untuk rutin melakukannya, serta yakin bahwa mendongeng adalah kegiatan yang menyenangkan.

"Mendongeng atau bercerita adalah salah upaya untuk meningkatkan bonding atau hubungan emosional positif antara orang tua dan anaknya serta antara guru dan para muridnya," ucap dia.

Pendongeng Siska Puspitasari menambahkan, saat ini orang tua dan guru harus selalu didorong untuk mampu mendongeng. Selain baik untuk perkembangan karakter anak-anak, mendongeng juga dapat membantu mereka dalam menyampaikan suatu pelajaran.

"Tidak usah pakai otot jika ingin menjelaskan sesuatu kepada anak. Jadi, bisa bikin awet muda juga," ucap wanita yang akrab dipanggil Kak Pita tersebut.

Menurut pendongeng berusia 26 tahun tersebut, kegiatan mendongeng juga dapat menarik anak-anak untuk berada di zona nyaman dan rileks sehingga pesan moral yang disampaikan lebih mudah terserap. "Saya salah satu 'produk' yang dibesarkan lewat cerita. Ayah saya bukan pendongeng, tapi dia selalu menyampaikan pesan moral lewat cerita," kata Owner Manajemen "Dongeng Si Edu" tersebut.

Kak Pita menceritakan, saat melihat anak-anaknya bertengkar karena urusan pembagian tugas rumah, ayahnya hanya mengumpulkan dia dan saudara kandungnya, kemudian berkata, "Jadilah seperti tanah. Tanah tidak pernah marah ditanami tumbuhan manis, pedas, bahkan berbau busuk sekalipun. Allah menciptakan kita dari tanah, maka jadilah searif tanah," jelas dia, menuturkan pesan ayahnya saat itu.

Ia menjelaskan, nasihat yang dikemas dalam cerita pesan tersebut menarik untuk didengarkan daripada hanya mendengarkan suara ingar-bingar ayah, ibu, atau guru saat ingin mendiamkan anak.

Menurut Kak Pita, kegiatan mendongeng saat ini sudah lumayan banyak dikampanyekan di Pulau Jawa, khususnya di Jakarta. Tetapi, di beberapa daerah seperti tempat tinggalnya saat ini, Banjarmasin, masih sangat kurang.

Menurut Kak Pita, jika para orang tua atau guru di Banjarmasin sudah memahami bahwa kini sudah ada edutainment atau hiburan edukasi berupa dongeng, mereka pasti akan rela mendatangkan pendongeng langsung dari Jakarta yang tentunya tidak sedikit membutuhkan biaya akomodasi.

"Namun, ada baiknya selain datang menghibur, pendongeng juga sekalian mengadakan pelatihan sehingga kegiatan mendongeng di daerah tetap berjalan," ujar dia.

Menurut Kak Pita, sekarang sudah mulai banyak berdiri komunitas pendongeng. Lomba mendongeng tingkat nasional khusus anak-anak juga sudah ada. Namun, ia mencatat antusiasme peserta masih cukup kurang.

Ia menegaskan, mendongeng itu sebetulnya tidaklah rumit, seperti harus menggunakan boneka dan sebagainya. "Boneka hanya masih wajar dipakai untuk anak TK atau SD kelas kecil. Sedangkan, bagi saya, apa yang dilakukan ayah saya kepada anak-anaknya adalah mendongeng juga, meski tidak secara harfiah," jelas dia.

Sementara, untuk seorang guru, kata dia, saat ini sebenarnya bisa dengan bercerita tentang perjalanan siswanya dari rumah ke sekolah sehingga para siswa bisa menjadi lebih fokus dan tertarik dengan guru tersebut saat masuk ke inti pelajaran.

Menurut Kak Pita, untuk bisa mendongeng dengan baik, orang tua atau guru harus bisa menguasai sang anak terlebih dahulu. Kemudian, jika melakukan kegiatan belajar di kelas seorang guru bisa memulainya dengan permainan yang bisa memecah kebuntuan terlebih dahulu. "Dapatkan perhatian anak-anak dulu," ucap dia.

Setelah itu, lanjut dia, sampaikan dongeng tersebut dengan cara yang menarik dan bahasa yang sederhana sehingga anak-anak bisa memahaminya dengan mudah. Gunakan juga suara sesuai karakter, intonasi, dan ekspresi yang tepat agar lebih menarik. Terakhir, dalam mendongeng juga bisa menggunakan alat peraga yang sesuai dengan cerita dan usia anak.

"Orang tua dan guru jangan pernah takut mendongeng untuk anak-anak dan mulailah dari hal terkecil, semisal dengan memulai membacakan buku cerita terlebih dahulu," jelas dia.

Kak Pita menambahkan, ketika mendongeng, sebisa mungkin hindari hal-hal yang bersifat instan kepada anak. Orang tua dan guru, kata dia, harus mengajarkan anak untuk berproses. "Misal, jangan sampaikan dongeng tentang magic. Karena anak akan berpola instan. Tapi, kalau yang diceritakan tentang ibu peri yang punya tongkat ajaib, secara imajinasi anak akan berkembang, tapi juga akan berharap," jelas dia.

Kak Pita berharap agar kegiatan mendongeng selalu bisa menjadi alternatif bagi orang tua dan guru untuk menyampaikan pesan yang asyik kepada anak dan siswanya sehingga mereka bisa menjadi teman yang asyik buat anak-anak. "Dongeng bisa hadir mengisi kegiatan edukatif anak di sela-sela acara besar sekolah, acara ulang tahun sehingga menggeser antusias anak yang cenderung doyan gedget," kata dia.  c39, ed: Hafidz Muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement