Ahad 07 Jan 2018 07:27 WIB

Riset: Merokok Tingkatkan Risiko Penyakit Tulang Belakang

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Ratna Puspita
Kampanye antirokok. Ilustrasi
Foto: Antara
Kampanye antirokok. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian di Swedia menunjukan, merokok dapat meningkatkan risiko nyeri punggung bawah. Kalau sudah terkena penyakit itu maka harus ditangani dengan operasi tulang belakang. Periset berfokus pada penyebab umum nyeri punggung bawah yang dikenal sebagai stenosis tulang belakang lumbal.

Penyakit itu terjadi saat kanal tulang belakang menyempit, memberi tekanan pada sumsum tulang belakang dan saraf. Kondisi ini sering berkembang seiring bertambahnya usia. Namun, peneliti menilai penyempitan nikotin terhadap aliran darah dan promosi peradangan diyakini berkontribusi terhadap proses tersebut.

Para peneliti memeriksa data 331.941 pekerja konstruksi yang merupakan bagian dari daftar kesehatan nasional di Swedia. Pekerja diikuti rata-rata lebih dari tiga dekade, dimulai saat mereka berusia 30 tahunan dan 1.623 di antaranya akhirnya menjalani operasi untuk stenosis tulang belakang lumbal.

Studi itu menemukan, dibandingkan orang-orang yang tidak merokok, perokok berat yang mengalami setidaknya 15 batang rokok sehari 46 persen lebih mungkin menjalani operasi tulang belakang ini. Untuk perokok berat yang memiliki hingga 14 batang rokok sehari, peningkatan risikonya adalah 31 persen, sementara mantan perokok memiliki peluang operasi 13 persen lebih tinggi.

“Merokok tampaknya menjadi faktor risiko untuk mengembangkan penyempitan ruang belakang yang bisa menyebabkan perawatan bedah,” kata penulis studi senior Dr. Arkan Sayed-Noor, seorang peneliti di Universitas Umea, dikutip dari Reuters, Ahad (7/1).

Menurut dia, berhenti merokok bisa mengurangi risikonya. Beberapa penelitian sebelumnya telah menghubungkan merokok dengan hasil yang lebih buruk dari operasi tulang belakang. Penelitian saat ini menawarkan bukti baru bahwa hal itu juga dapat meningkatkan kemungkinan sakit punggung yang memerlukan operasi.

Secara keseluruhan, 44 persen peserta penelitian adalah non-perokok, 16 persen lainnya adalah mantan perokok, sementara 26 persen adalah perokok biasa dan 14 persen adalah perokok berat. Hubungan antara merokok dan operasi tulang belakang tetap bertahan, bahkan setelah peneliti memperhitungkan faktor lain yang dapat meningkatkan kemungkinan nyeri punggung seperti penuaan dan obesitas.

Merokok merusak tulang belakang dengan beberapa cara, salah satunya Nikotin, yang bisa merusak jaringan tulang belakang, melemahkan tulang dan membuat sakit punggung bertambah parah. Perokok berat juga sering disertai dengan gaya hidup yang tidak teratur yang bisa menyebabkan kelemahan otot dan meningkatkan ketegangan pada punggung bagian bawah.

Salah satu keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti kekurangan data tentang kebiasaan berolahraga. Sebagian besar pekerja konstruksi dalam penelitian ini adalah laki-laki, dan hasilnya mungkin berbeda untuk wanita.

“Namun, temuan tersebut menambah bukti yang menghubungkan rokok dengan kerusakan disk dan nyeri punggung,” kata Dr. Jean Wong, seorang peneliti di University of Toronto yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Wong menambahkan, ada beberapa alasan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang bagi perokok untuk berhenti merokok. Dengan berhenti merokok, perokok dapat mengurangi risiko sakit punggung akibat degenerasi disk dan stenosis tulang belakang, yang bisa menjadi masalah yang melemahkan pada perokok.

“Meskipun mungkin memerlukan banyak usaha, berhenti merokok adalah hal terbaik yang dapat dilakukan perokok untuk meminimalkan risiko stenosis tulang belakang dan masalah kesehatan lainnya,” ujar Wong.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement