Jumat 08 Dec 2017 19:05 WIB

Studi: Semua Kontrasepsi Tingkatkan Risiko Kanker Payudara

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Winda Destiana Putri
Alat kontrasepsi. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Alat kontrasepsi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah penelitian terbaru menambah bukti bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal relatif meningkatkan risiko kanker payudara. Meskipun temuan ini sejalan dengan apa yang telah diketahui, penelitian ini berfokus pada formulasi dan metode penyampaian yang telah dikembangkan sejak pertengahan 1990an yang berarti bahwa kontrasepsi yang baru dan dijual di pasaran menambah masalah yang ada.

Penelitian ini dilakukan oleh Universitas Copenhagen mengenai data yang dikumpulkan dari hampir 1,8 juta wanita Denmark yang berusia 15 hingga 50 tahun. Data ini diambil dari National Register of Medicinal Product Statistic yang rata-rata berusia di bawah 11 tahun dari wanita yang lahir tahun 1995 dan termasuk rincian lebih dari 11.500 kasus kanker payudara.

Ini adalah data yang besar sehingga hasilnya tidak bisa dianggap enteng, namun tetap data ini diambil sebagai perpektif saja. Bagi wanita yang telah menggunakan beberapa jenis kontrasepsi hormonal baik secara oral, implan, patch, IUD, maupun cincin vagina, risiko terkena kanker payudara meningkat secara relatif.

Baca juga: Benjolan Kanker Payudara Lebih Besar pada Perempuan Gemuk?

Risiko ini tergantung pada jumlah waktu mereka menggunakan kontrasepsi. Jika kurang dari setahun maka kenaikannya sekitar sembilan persen. Namun jika lebih dari satu dekade kenaikannya 38 persen.

Menariknya bagi wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal lebih dari lima tahun, risiko kecil namun signifikan tetap ada setelah penggunaan dihentikan. Penelitian sebelumnya tidak menemukan adanya kegelisahan dalam risiko yang terjadi sehingga membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.

Studi ini tidak hanya menonjol karena ukuran sampel yang besar tetapi juga untuk fakta bahwa ukuran sampel yang besar memungkinkan tim untuk membandingkan berbagai formulasi pengendalian kelahiran hormonal.

Meskipun ada beberapa perbedaan kecil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kontrasepsi berbasis hormon generasi yang lebih baru, seperti implan berbasis progestin juga dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Apa arti dari semua penemuan ini? Peningkatan risiko 38 persen bisa terlihat mengerikan, namun penting untuk diingat bahwa keseluruhan risiko kanker payudara di kalangan wanita dibandingkan dengan kanker lainnya masih relatif jarang terjadi pada wanita muda.

Dalam sebuah editorial penelitian ini, David Hunter dari Departemen Kesehatan Penduduk Nuffield menaruh hasil penelitian ini pada sebuah perspektif. "Pertama sekitar 20 persen lebih tinggi risiko kanker payudara di kalangan wanita yang saat ini menggunakan kontrasepsi hormonal dan mereka yang tidak menggunakan harus ditempatkan dalam konteks tingkat insiden rendah bagi kanker payudara di kalangan wanita muda," tulis Hunter.

Di antara mereka yang berusia 35 tahun, menggunakan kontrasepsi hormonal kurang dari satu tahun menambahkan satu kasus kanker payudara baru untuk setiap 50 ribu wanita. Ada faktor risiko lain yang perlu dipertimbangkan juga, termasuk usia dan riwayat keluarga. Studi ini melakukan yang terbaik dalam memperhitungkan hal-hal seperti kehamilan dan risiko yang diwariskan namun tidak mencakup faktor-faktor seperti aktivitas fisik.

Pengaruh riwayat penggunaan kontrasepsi semacam itu tampaknya kurang signifikan di antara wanita pascamenopause berusia antara 50 dan 70 di mana merupakan puncak risiko terkena kanker. Hunter juga menambahkan bahwa kontras dengan peningkatan risiko kanker payudara, kontrasepsi oral mengurangi kemungkinan berkembangnya penyakit lain di kemudian hari.

"Di luar fakta bahwa menyediakan sarana kontrasepsi yang efektif dan dapat memberi manfaat bagi wanita dengan dismenorrhea atau menorrhagia, penggunaan kontrasepsi oral dikaitkan dengan penurunan risiko kanker ovarium, endometrium, dan kolorektal di kemudian hari," ujar Hunter.

Lebih baik lagi manfaatnya bisa bertahan selama beberapa dekade setelah berhenti menggunakan kontrasepsi, tidak seperti risikonya yang jauh lebih cepat. Studi seperti ini harusnya menginspirasi agar terus dilakukan upaya pengembangan yang bebas risiko dan bebas efek samping dari kontrasepsi. Atau mungkin bisa memotivasi upaya pembuatan pilihan kontrasepsi lebih banyak pada laki-laki.

Bagi kita semua hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu faktor dalam emngambil suatu keputusan, tetapi bicarakan dengan dokter jika Anda merasa khawatir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement