Rabu 22 Nov 2017 16:36 WIB

Benjolan Kanker Payudara Lebih Besar pada Perempuan Gemuk?

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Winda Destiana Putri
Perempuan gemuk. Ilustrasi
Foto: Google
Perempuan gemuk. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Keberadaan benjolan pada payudara patut diwaspadai sebagai tanda adanya kanker payudara. Yang menarik, ukuran benjolan kanker payudara pada perempuan kurus dan gemuk cenderung berbeda.

Hal ini diungkapkan oleh Karolinksa Institute setelah menganalisa 2.012 perempuan dengan kanker payudara sejak 2001 hingga 2008. Para perempuan ini menjalani skrinig kanker payudara degan mammogram setiap 18 bulan hingga dua tahun sekali.

Dari studi ini, tim peneliti berupaya untuk menemukan korelasi antara ukuran benjolan kaker payudara saat terdeteksi dan massa indeks tubuh (MIT) si penderita kanker payudara. Karena, seperti diketahui, perempuan kegemukan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara.

Hasil studi menunjukkan bahwa perempuan-perempuan kegemukan cenderung memiliki benjolan kanker yang lebih besar ketika pertama kali terdeteksi kanker payudara. Hal ini tentu merugikan karena semakin besar benjolan, semakin buruk prognosis yang dimiliki pasien kanker payudara.

Tim peneliti berpendapat, penyebab lebih besarnya benjolan kanker pada perempuan kegemukan saat terdiagnosis disebabkan oleh sulitnya menemukan benjolan pada perempuan gemuk. Kemungkinan lainnya adalah, benjolan tumor bertumbuh lebih cepat di dalam tubuh yang gemuk.

"Temuan kami mengindikasikan bahwa perempuan dengan MIT besar perlu mempertimbangkan interval yang lebih singkat di antara skrining (mammogram)," ungkap ketua peneliti Dr Fredrik Strand seperti dilansir BBC.

Di sisi lain, Sophia Lowes dari Cancer Research UK kurang setuju jika perempuan gemuk harus melakukan skrining payudara dengan mammogram lebih sering. Alasannya, skrining payudara dengan mammogram yang terlalu sering dikhawatirkan dapat memberi dampak negatif bagi perempuan.

"Jeda waktu antarskrining dirancang untuk membantu agar manfaat yang timbul lebih besar ketimbang dampak negatif secara umum," terang Lowes. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement