Rabu 12 Jul 2017 06:47 WIB

Alasan Perempuan Menopause Penting Donorkan Darahnya

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
 Warga mendonorkan darahnya di PMI Provinsi DKI Jakarta, Senin (29/5).
Foto: Republika/Prayogi
Warga mendonorkan darahnya di PMI Provinsi DKI Jakarta, Senin (29/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perempuan yang telah memasuki fase menopause disarankan untuk mendonorkan darahnya. Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek mengatakan, ibu-ibu atau perempuan yang sudah tidak lagi menstruasi memiliki kadar hemoglobin (Hb) atau metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah merah dengan kadar tinggi.

"Mereka bisa didorong (untuk donor darah)," katanya usai pembukaan acara peringatan hari donor darah sedunia 2017, di Jakarta, Selasa (11/7).

Apalagi, kata dia, perempuan yang memasuki usia menopause umumnya memiliki pekerjaan tak banyak dan tergabung dalam organisasi masyarakat (ormas) perempuan cukup banyak. Ormas-ormas seperti ini yang umumnya aktif dan bisa memberikan sumbangsih.

"Setitik darah ibu akan menolong ibu (yang akan melahirkan)," katanya.

Nila mengatakan, darah ini penting untuk membantu orang yang membutuhkan darah, termasuk ibu hamil yang anemia dan pendarahan saat melahirkan. Karena berdasarkan data rutin kesehatan ibu dan anak 2016, 28 persen penyebab kematian ibu adalah pendarahan. Sementara menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO), jumlahkebutuhan minimal darah Indonesia 5,1 juta kantong darah per tahun atau sekitar 2 persen total penduduk Indonesia. Namun, faktanya jumlah persediaan darah di Tanah Air baru 3,4 juta kantong.

"Darah bukan sesuatu bahan yang bisa kita buat, tidak bisa dibuat secara kimiawi. Karena itu kita terus mengimbau untuk terus donor darah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement