Kamis 25 May 2017 18:34 WIB

Korban Ledakan Kampung Melayu Butuh Pertolongan Psikologis

Rep: Rr Laeny Sulistywati/ Red: Indira Rezkisari
 Petugas berjaga di sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP) dugaan bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (25/5).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Petugas berjaga di sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP) dugaan bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (25/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Perhimpunan Kedokteran Jiwa Indonesia cabang Jakarta (PDSKJI Jaya) dr Nova Riyanti Yusuf, SpKJ mengatakan, para korban selamat dari tragedi bom Kampung Melayu, Jakarta, Rabu (24/5) malam kemarin membutuhkan pertolongan pertama pada psikologi (psychological first aid/PFA).

Dia menjelaskan, saat timnya mendatangi rumah sakit (RS) R Said Sukanto masih ada empat orang korban selamat yang dirawat di ruang VIP RS tersebut dan kabarnya bisa bertambah korban selamat dari RS lain yang perawatannya akan disatukan. Menurutnya, umumnya korban yang berasal dari kaum sipil atau polisi yang tak mengetahui apa-apa akan merasa kaget mengetahui pengeboman ini. Mungkin mereka akan merasa menyangkal, marah, atau sedih.

"Nah, PFA ini menjadi alat untuk kita tak hanya ahli seperti psikiater, psikolog atau dokter umum tetapi orang awam bisa melakukannya," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (25/5).

Ia menjelaskan, PFA pada individu yaitu korban selamat bisa dilakukan sesegera mungkin yaitu dengan mendengarnya bercerita. Caranya buat individu korban selamat ini merasa nyaman agar dia mau bercerita sendiri. Kemudian keluarga atau temannya cukup hanya mendengar.

"Jangan dipaksa bercerita ulang karena mereka tidak bercerita saja bisa saja teringat," ujar psikiater departemen kesehatan jiwa masyarakat RS Jiwa Dr Soeharto Heerdhan ini.

Ia juga meminta pendengarnya cukup hanya mendengarkan saja, jangan ceramah atau memberi saran. Jadi benar-benar hanya mendengar saja. Dengan mendengarkan korban bercerita ini diharapkan bisa mengurangi emosi negatif atau stres para korban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement