Senin 27 Feb 2017 19:38 WIB

Sering Nyeri Haid? Hati-Hati Gejala Endometriosis

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dr  Rinto Riantori, SpOG
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dr Rinto Riantori, SpOG

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nyeri haid atau dismenorrhea merupakan masalah dalam bidang ginekologi yang umum terjadi pada wanita usia subur. Gejala nyeri haid mulai dari yang ringan, dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, hingga dapat menyebabkan pingsan dikarenakan nyeri yang tidak tertahankan.

Nyeri haid dibagi menjadi nyeri haid primer dan sekunder. Nyeri haid primer dikatakan apabila tidak terdapatnya kelainan / penyakit lain yang mendasari dan sering terjadi pada remaja dan usia 20-an. "Sedangkan nyeri haid sekunder biasanya terjadi pada wanita usia lebih dewasa tanpa adanya riwayat nyeri haid sebelumnya," ujar Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dr  Rinto Riantori, SpOG kepada Republika Online, Senin (27/2).

Faktor risiko terjadinya nyeri haid primer antara lain adalah keluarnya darah haid yang sangat banyak, premenstrual symptoms (PMS), siklus haid yang tidak teratur, usia kurang dari 30 tahun, haid pertama kali sebelum berusia 12 tahun, dan wanita dengan indeks masa tubuh rendah (kurus).

Sedangkan penyebab nyeri haid sekunder yang paling sering adalah endometriosis. "Penyakit ini umumnya terjadi pada usia 25 - 29 tahun, dan kejadiannya akan menurun pascausia 44 tahun," katanya.

Menurut dr Rinto, kedua jenis nyeri haid tersebut dapat dibedakan dari gejala klinis yang terjadi. Nyeri haid primer biasanya terjadi menjelang siklus haid, selama masa haid dan dapat menetap hingga 2 - 3 hari, nyeri dirasakan di perut bagian bawah dan dapat menjalar ke pinggang belakang hingga paha, kadang disertai mual, lemah,  dan lemas.

Untuk nyeri haid sekunder, terdapat nyeri pada panggul namun terjadinya tidak selalu pada siklus haid. "Gejala lainnya adalah nyeri saat buang air kecil, kesulitan buang air besar, dan nyeri saat berhubungan," ungkap dokter kandungan yang berpraktek di RS Bunda Dalima BSD dan RS Medika BSD ini.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis nyeri haid primer akan mengesampingkan adanya infeksi ataupun kehamilan karena keduanya juga dapat memberikan gejala yang serupa. Sedangkan endometriosis akan ditemukan pada pemeriksaan menggunakan USG luar dan/atau USG dalam.

Endometriosis dapat mengakibatkan keadaan subfertilitas atau kesulitan memiliki keturunan. Apabila didapatkan gejala yang mengarah ke endometriosis, segera datang ke dokter Spesialis Kandungan agar dapat dilakukan tatalaksana yang sesuai dengan hasil pemeriksaan.

Nyeri haid primer, kata dr Rinto, dapat diobati dengan menggunakan obat anti nyeri yang diminum 1 atau 2 hari sebelum haid, dan dapat dilanjutkan hingga 2 - 3 hari apabila nyeri masih terasa. Sedangkan nyeri haid sekunder yang disebabkan oleh endometriosis, diberikan pengobatan dengan menggunakan terapi hormonal yang harus digunakan di dalam pengawasan dokter Spesialis Kandungan.

"Akupuntur, yoga, massage, olahraga, suplemen ataupun makanan yang mengandung omega-3 dan vitamin B dapat juga dapat membantu meredakan nyeri haid," ujar dr Rinto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement