Selasa 26 Sep 2017 12:07 WIB

50 Juta Orang Diperkirakan Hidup dengan Demensia

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi Demensia
Foto: pixabay
Ilustrasi Demensia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data terbaru Alzheimers Disease International (ADI) mengungkapan saat ini sekitar 50 juta orang hidup dengan demensia di seluruh dunia. Chief Executive Officer ADI Paola Barbarino menjelaskan, angka ini diperkirakan mencapai 132 juta orang pada 2050 jika tidak ada penerapan strategi penanggulangan risiko yang efektif.

Penelitian ADI mengungkapkan saat ini tanpa disadari setiap tiga detik terdapat satu orang terkena Alzheimer karena rendahnya pemahaman orang tentang penyakit demensia. Ia menambahkan, diagnosis demensia sering kali terlambat dilakukan.

"Untuk itu, saat ini dibutuhkan kesadaran global yang situasinya mendesak," ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (26/9).

Ia menjelaskan, Organisasi Kesehatan Sedunia(WHO) telah mengadopsi Global Plan of Action on The Public Health Response to Dementia 2017-2025 yaitu sebuah rencana global yang mendorong pemerintah untuk meningkatkan kesadaran, deteksi dini, dan diagnosis demensia.

Eksekutif Direktur Alzheimers Indonesia, Sakurayuki, mengapresiasi langkah pemerintah Indonesia yang telah meluncurkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Demensia pada Maret 2016 lalu. Langkah pemerintah Indonesia ini telah diapresiasi oleh ADI sebagai salah satu negara yang aktif dalam meningkatkan kesadaran penyakit demensia.

Indonesia telah menjadi role model untuk kampanye peningkatan kesadaran demensia di Asia Pasifik, berkat kolaborasi dengan semua pihak, baik itu pemerintah pusat dan daerah, perusahaan swasta maupun publik, yang bersama-sama untuk tidak maklum dengan pikun, ujar Sakurayuki.

Paola menambahkan masih banyak stigma dan kesalahan informasi seputar penyakit demensia. Untuk itu, sangat penting bagi masyarakat untuk sadar dan mengenali gejala demensia agar memahami dampaknya dan tahu apa yang harus dilakukan saat menghadapi orang dengan penyakit tersebut.

Ini karena potensi kerugian ekonomi dari penyakit demensia diprediksi mencapai Rp 30 triliun pada 2050 mendatang. Hal ini timbul akibat hilangnya penghasilan bagi pasien demensia dan biaya yang dikeluarkan untuk merawat serta membeli obat-obatan.

Penelitian mengenai penyakit demensia juga membutuhkan investasi yang besar namun harus menjadi prioritas untuk memberikan dukungan bagi mereka yang hidup dengan demensia, dan mereka yang akan terpapar penyakit ini dalam beberapa dekade ke depan, kata Paola.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement