Rabu 28 Dec 2016 09:59 WIB

Pasien Kanker Prostat Berisiko Demensia dalam Lima Tahun

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ani Nursalikah
Pasien pria yang menderita kanker prostat lebih mungkin berisiko mengalami demensia dalam waktu lima tahun setelah menjalani pengobatan dengan obat penurun testosteron.
Foto: wikimedia
Pasien pria yang menderita kanker prostat lebih mungkin berisiko mengalami demensia dalam waktu lima tahun setelah menjalani pengobatan dengan obat penurun testosteron.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasien pria yang menderita kanker prostat biasanya menjalani pengobatan dengan obat penurun testosteron. Mereka lebih mungkin berisiko mengalami demensia dalam waktu lima tahun setelah menjalani pengobatan umum tersebut.

Sebuah studi retrospektif baru ini dilakukan sekelompok peneliti di Stanford University School of Medicine dan University of Pennsylvania Perelman School of Medicine. Makalah yang menjelaskan penelitian dipublikasikan secara online Oktober lalu di JAMA Oncology.

Dokter biasanya menggunakan terapi untuk mengurangi androgen demi menurunkan kadar testosteron pada pasien kanker prostat sejak 1940-an. Di Amerika Serikat, sekitar setengah juta orang menerima terapi ini.

Peneliti menemukan hubungan antara terapi androgen ini dengan penyakit demensia atau alzheimer. Alzheimer sering terkait dengan demensia vaskular.

Tim meneliti catatan medis sekitar 10 ribu pasien dengan kanker prostat. Lebih dari 1.829 orang menerima terapi androgen, dan 7,9 persen dari mereka mengalami demensia dalam waktu lima tahun. Kondisi ini berbeda dengan 3,5 persen pasien yang tidak menjalani terapi androgen.

"Risikonya nyata. Kita mungkin ingin mempertimbangkan pengobatan alternatif, mengingat prospektif penelitian terbaru ini dari Inggris," kata profesor riset informatika biomedis di Stanford, Nigam Shah, dilansir dari Science Daily, Rabu (28/12).

Shah mengaku terkejut karena kebanyakan pasien yang menjalani terapi androgen mengalami demensia. Untuk lebih memantapkan hasil risetnya, Shah dan rekan-rekannya akan melakukan penelitian lanjutan yang lebih komprehensif untuk menguatkan pendapat tersebut.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement