Rabu 26 Oct 2016 15:31 WIB

Menkes Kaji Penggunaan Vaksin Demam Berdarah

Red: Nur Aini
Sejumlah anak yang terkena virus Demam Berdarah Dengue (DBD) dirawat dengan menggunakan velbed di ruangan cempaka yang berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/3).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Sejumlah anak yang terkena virus Demam Berdarah Dengue (DBD) dirawat dengan menggunakan velbed di ruangan cempaka yang berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengaku pihaknya masih akan mengkaji vaksin Dengue milik Sanofi Pasteur terkait kemungkinan perluasan penggunaannya oleh pemerintah di daerah endemik demam berdarah di Indonesia.

"Vaksin dengue sudah ditemukan Sanofi. Kalau kami (Kementerian Kesehatan) akan memakai, tentu harus hitung-hitung biaya yang sepertinya besar," kata Nila di sela kunjungannya ke Puskesmas Banguntapan II, Bantul, Yogyakarta, Rabu (26/10).

Nila mengaku belum bisa berkomentar banyak soal vaksin Dengue, termasuk kemungkinan pemerintah memproduksi sendiri vaksin tersebut. "Saya belum bisa jawab," kata Nila saat ditanya kemungkinan Indonesia swaproduksi vaksin Dengue.

Sementara itu, Menkes mengatakan pihaknya sudah mendengar jika terdapat efek samping vaksin Dengue, yaitu saat vaksin diberikan kepada anak-anak. Tetapi pihaknya bersama lintas sektor akan terus melakukan monitoring terhadap penggunaan vaksin Dengue itu.

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan telah memberikan izin peredaran dan produksi vaksin Dengue di Indonesia. Persetujuan vaksin Dengue itu merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia, dan ketujuh di dunia.

Vaksin produksi Sanofi itu telah disetujui di Meksiko, Brasil, El Savador, Kosta Rika, Filipina, dan Paraguay.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement