Rabu 21 Sep 2016 11:26 WIB

Konsumsi Yogurt Penuh Lemak Efektif Cegah Depresi

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Indira Rezkisari
Yogurt
Foto: pixabay
Yogurt

REPUBLIKA.CO.ID, Berdasarkan studi terhadap 15 ribu orang, wanita yang rutin mengonsumsi yogurt penuh lemak kemungkinan memiliki risiko depresi lebih rendah daripada yang jarang. Meski penelitiannya belum bisa memecahkan sebab dan akibatnya, para peneliti menyarankan minuman fermentasi ini memiliki pengaruh besar terhadap suasana hati seseorang.

Kemungkinan-kemungkinan tersebut tidak berlaku pada pria maupun penikmat yogurt rendah lemak. Bahkan, mengonsumsi yogurt rendah  lemak justru memiliki risiko depresi yang lebih tinggi. Dari hal ini, para peneliti  menilai kebiasaan makan berpengaruh terhadap tingkat depresi seseorang. Beberapa penelitian lainnya juga menunjukkan bakteri yang hidup di dalam usus seseorang bisa mempengaruhi suasana hati dan tingkat kecemasannya.

Seperti dikutip laman Health, para peneliti pun mulai mengamati apakah yogurt atau suplemen serta prebiotik yang bisa mempengaruhi timbulnya depresi. Untuk itu, mereka mulai melacak cara diet dan informasi kesehatan dari 14.539 pria dan wanita selama 10 tahun.

Setelah diadakan penelitian, 727 partisipan terdiagnosa depresi. Peneliti tidak menemukan korelasi antara mengonsumsi perbiotik dengan depresi. Mereka juga tak menemukan adanya risiko depresi lebih tinggi bagi pria yang menikmati yogurt.

Peneliti justru menemukan fakta sebaliknya, yakni pada yogurt rendah lemak. Partisipan yang paling banyak menikmati tersebut, 32 persennya mengalami peningkatkan depresi dibandingkan yang tidak. Namun sebagian besar dari kasus ini dilaporkan dalam dua tahun pertama. Para peneliti berpendapat hasil itu kemungkinan  orang-orang yang sudah depresi (tapi tidak dan belum didiagnosis) memilih untuk makan lebih banyak yogurt rendah lemak.   

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa wanita yang depresi biasanya akan mengonsumsi lebih banyak yogurt rendah lemak. “Sayangnya kita belum menemukan alasannya,” kata Ketua Peneliti sekaligus Ahli Epidemiologi Nutrisi di Universitas Oxford, Aurora Perez Cornago.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement