Kamis 03 Mar 2016 17:06 WIB

Cegah Bayi Lahir Cacat dengan Pola Hidup Sehat

Seorang bayi yang baru lahir berada di RSIA Tambak, Jakarta, Senin (29/2).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A.
Seorang bayi yang baru lahir berada di RSIA Tambak, Jakarta, Senin (29/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kematian bayi baru lahir (neonatal) masih menjadi permasalahan kesehatan terutama di Indonesia. Angka kematian bayi di Indonesia adalah 32 per seribu kelahiran hidup dan kematian neonatal 19 per seribu kelahiran hidup (SDKI, 2012). Saat ini, kelainan bawaan mempunyai kontribusi yang cukup besar sebagai penyebab kematian neonatal. 

Data laporan Riskesdas 2007 menyatakan, sebesar 1,4 persen bayi baru lahir usia 0 hingga 6 hari pertama kelahiran dan 18,1 persen bayi baru lahir usia 7 hingga 28 hari meninggal disebabkan karena kelainan bawaan. Data WHO SEARO 2010, memperkirakan prevalensi kelainan bawaan di Indonesia adalah 59,3 per seribu kelahiran hidup. Jika setiap tahun lahir lima juta bayi di Indonesia, maka akan ada sekitar 295 ribu kasus kelainan bawaan pertahun. 

Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes RI, Eni Gustina, mengatakan di samping menyebabkan kematian neonatal, kelainan bawaan juga merupakan penyebab bayi lahir mati dan abortus spontan. "Kalau pun bayi bertahan hidup, banyak di antaranya yang menjadi penyandang disabilitas dan mengidap penyakit kronis”, jelas Eni Gustina, dalam siaran persnya, Kamis (3/3).

Kementerian Kesehatan RI telah melakukan surveilans sentinel bersama 13 RS terpilih di sembilan provinsi sejak September 2014. Terdapat 15 jenis kelainan bawaan yang disurveilans dengan kriteria antara lain kelainan bawaan yang dapat dicegah, mudah dideteksi dan dapat dikoreksi (preventable, detecteble dan correctable) dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. 

Dari data tersebut, terdapat 231 bayi mengalami kelainan bawaan. Sebagian besar lahir dengan satu jenis kelainan bawaan (87 persen) dan ditemukan pula bayi lahir dengan lebih dari satu jenis kelainan bawaan (13 persen). 

Kelainan bawaan yang paling banyak ditemukan adalah dari kelompok sistem muskulo skeletal (talipes equinovarus) 22,3 persen, sistem saraf (anenchepali, spina bifida dan meningochele) 22 persen, celah bibir dan langit-langit 18,5 persen dan omphalocele 12,5 persen.

Walau pun penyebab utama kelainan kongenital adalah faktor genetik, infeksi dan faktor lingkungan, namun sebenarnya banyak dari kelainan tersebut dapat dicegah. Misalnya melalui vaksinasi dan konsumsi zat tertentu, seperti asam folat dan iodium, menghindari mengonsumsi obat yang tidak direkomendasikan oleh dokter, alkohol atau zat berbahaya seperti pengawet dan pewarna buatan. Juga hindari terpapar dari bahan berbahaya dan beracun seperti timbal, merkuri dan pestisida, beraktivitas fisik/olahraga yang teratur, dan menghindari asap rokok selama kehamilan.

Permasalahan kelainan bawaan harus mendapatkan perhatian khusus. Berdasarkan latar belakang tersebut, pada Kamis (3/3) setiap tahun diperingati sebagai Hari Kelainan Bawaan Sedunia atau World Birth Defect Day. Di tahun kedua peringatan tersebut di Indonesia, mengusung tema ”Cegah Bayi Lahir Cacat dengan Terapkan Pola Hidup Sehat Sebelum dan Selama Kehamilan”. 

Eni mengatakan, dengan pelayanan antenatal yang terpadu dan berkualitas bisa memberikan kesempatan untuk melakukan upaya pencegahan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement