Kamis 03 Mar 2016 09:54 WIB

Kelainan Bawaan Masih Jadi Penyebab Besar Kematian Bayi Indonesia

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Indira Rezkisari
Seorang bayi yang baru lahir berada di RSIA Tambak, Jakarta, Senin (29/2).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A.
Seorang bayi yang baru lahir berada di RSIA Tambak, Jakarta, Senin (29/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Indonesia kematian bayi baru lahir (neonatal) masih jadi permasalahan kesehatan. Angka kematian bayi di Indonesia adalah 32/1.000 kelahiran hidup dan kematian neonatal 19/1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012) . Saat ini, kelainan bawaan mempunyai kontribusi yang cukup besar sebagai penyebab kematian neonatal.

Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes RI, dr. Eni Gustina, MPH mengatakan, data laporan Riskesdas tahun 2007 menyatakan bahwa sebesar 1,4 persen bayi baru lahir usia 0-6 hari pertama kelahiran dan 18,1 persen bayi baru lahir usia 7-28 hari meninggal disebabkan karena kelainan bawaan. Data WHO SEARO tahun 2010 memperkirakan prevalensi kelainan bawaan di Indonesia adalah 59.3 per 1.000 kelahiran hidup.

"Jika setiap tahun lahir 5 juta bayi di Indonesia, maka akan ada sekitar 295.000 kasus kelainan bawaan pertahun," katanya dalam siaran persnya, Kamis (3/3).

Di samping menyebabkan kematian neonatal, kelainan bawaan juga merupakan penyebab bayi lahir mati dan abortus spontan. Bila bayi bertahan hidup, banyak yang menjadi penyandang disabilitas dan mengidap penyakit kronis.

Kementerian Kesehatan RI telah melakukan surveilans sentinel bersama 13 RS terpilih di 9 provinsi sejak September 2014. Terdapat 15 jenis kelainan bawaan yang disurveilans dengan kriteria antara lain kelainan bawaan yang dapat dicegah, mudah dideteksi dan dapat dikoreksi (preventable, detecteble dan correctable) dan merupakan masalah kesehatan masyarakat.

Dari data tersebut, terdapat 231 bayi mengalami kelainan bawaan. Sebagian besar lahir dengan 1 jenis kelainan bawaan (87 persen) dan ditemukan pula bayi lahir dengan kurang dari 1 jenis kelainan bawaan (13 persen). Kelainan bawaan yang paling banyak ditemukan adalah dari kelompok sistem muskulo skeletal (talipes equinovarus) 22,3 persen, sistem saraf (anenchepali, spina bifida dan meningochele) 22 persen, celah bibir dan langit-langit 18,5 persen dan omphalocele 12,5 persen.

Walaupun penyebab utama kelainan kongenital adalah  faktor genetik, infeksi dan faktor lingkungan, namun sebenarnya banyak dari kelainan tersebut dapat dicegah, misalnya melalui vaksinasi dan konsumsi zat tertentu, seperti asam folat dan iodium, menghindari mengkonsumsi obat yang tidak direkomendasikan oleh dokter, alkohol atau zat berbahaya seperti pengawet dan pewarna buatan, hindari terpapar dari bahan berbahaya dan beracun seperti timbal, merkuri dan pestisida, beraktivitas fisik, olahraga yang teratur, dan menghindari asap rokok selama kehamilan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement