Senin 28 Sep 2015 14:05 WIB

Pemanfaatan Sel Punca Bukan tanpa Risiko

Rep: C18/ Red: Indira Rezkisari
Penggunaan sel punca bukan tidak memiliki risiko lain, infeksi bahkan kanker mungkin terjadi bila penggunaannya tidak tepat.
Foto: EPA
Penggunaan sel punca bukan tidak memiliki risiko lain, infeksi bahkan kanker mungkin terjadi bila penggunaannya tidak tepat.

REPUBLIKA.CO.ID, Sel punca yang ditanamkan ke dalam bagian tubuh bekerja menggantikan bagian tubuh yang rusak. Dalam kasus penyakit tulang dalam tahap enam pekan sejak ditanamkan sel punca akan membentuk sel tulang baru dan mengembalikan fungsi tulang sebagaimana mestinya.

Dr Andri Lubis SpOT(K) dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengatakan selama rentang enam pekan itu pula bagian tubuh pasien yang telah ditanamkan sel punca tak bisa menerima beban berat. Lanjutnya, beban yang berat bakal merusak sel punca yang ditanamkan ke dalam tubuh tadi.

"Misal kalau ditanamkan di lutut maka pasien harus berjalan menggunakan tongkat selama enam pekan," terangnya.

Meski demikian praktik sel punca bukan berarti tanpa resiko. Andri mengaku salah-salah praktik sel punca justru dapat memicu penyakit lain semisal kanker.

"Setiap tindakan medis itu ada risiko, dalam hal ini bisa terkena infeksi tapi itu jarang sekali," terang Andri.

Sebabnya praktik sel punca di Indonesia hanya diterapkan di dua rumah sakit, yakni Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan RSUD Sutomo di Surabaya. Kedua rumah sakit tersebut, terang Andri, telah memiliki izin dari Kementerian Kesehatan untuk mempratikkan sel punca.

"Penggunaan stem cell belum menjadi terapi standar jadi belum dipakai di semua rumah sakit atau fasilitas kesehatan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement