Kamis 20 Aug 2015 07:20 WIB

Ini Penyebab Naiknya Kematian Ibu dan Anak di Indonesia

Rep: C02/ Red: Indira Rezkisari
Menkes mengimbau para ibu agar memberikan dorongan gizi dan nutrisi sampai anak berumur seribu hari kehidupan.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Menkes mengimbau para ibu agar memberikan dorongan gizi dan nutrisi sampai anak berumur seribu hari kehidupan.

REPUBLIKA.CO.ID, Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek mengungkap penyebab naiknya angka kematian ibu dan anak. Ia mengatakan angka kematian ibu mencapai 259 per seratus ribu kelahiran hidup. Hal ini kata Nila disebabkan karena ibu kekurangan nutrisi. Sehingga anak yang dilahirkan tidak sempurna. 

Nila menuturkan, akibatnya, bayi yang lahir tidak sempurna bisa berkorelasi pada penyakit tidak menular, diabetes, obesitas dan lainnya. Akhirnya biaya yang dikeluarkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sampai Rp 3,5 triliun. 

"Ibu yang kurang nutrisi akan melahirkan anak yang kurang sempurna. Sehingga anak tersebut bisa saja mendapatkan penyakit tidak menular, diabetes, obesitas dll," kata Nila Moeloek di Jakarta, Rabu (19/8). 

Menteri kesehatan era Joko Widodo tersebut menyebutkan berdasarkan hasil disertasi strata tiga Depnakes, anak kekurangan gizi atau lahir tidak normal bisa kembali normal. Begitupun sebaliknya, anaknya yang normal bisa mengalami ketidaknormalan. Kasus ini kata Nila disebabkan karena dorongan ibu terhadap anak bisa kurang atau lebih. 

Sejak anak baru lahir, Nila mengimbau para ibu agar memberikan dorongan gizi dan nutrisi sampai anak berumur seribu hari kehidupan. Setelah mencapai usia dua tahun, biasanya otak anak akan berkembang hingga 80 persen. Sedangkan di umur balitanya, lima tahun perkembangan otak akan meningkat hingga seratus persen. 

Selain itu, Nila juga menghimbau, remaja perempuan harus mulai dipersiapkan sejak pertama kali haid. Keluarga harus berperan penting untuk menjaga pola hidup sehat terhadap remaja. Sehingga kesiapan fisik dan mental anak saat usia menikah sampai melahirkan sempurna dan anak yang dilahirkan pun tidak cacat. 

"Remaja harus diingatkan untuk menyiapkan keluarga sebaik-bainya dari usia dini. Keluarganya juga harus berperan menjaga pola hidup sehat anak remajanya," kata Nila.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement