Kamis 20 Aug 2015 06:19 WIB

Jaamah Haji dan Umrah Rentan Alami Mabuk Pascaterbang

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Penerbangan haji tak selalu mudah bagi jamaah, terutama karena faktor jamaah haji yang sudah berumur, salah satu risiko yang mengancam adalah jetlag atau mabuk pascaterbang.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Penerbangan haji tak selalu mudah bagi jamaah, terutama karena faktor jamaah haji yang sudah berumur, salah satu risiko yang mengancam adalah jetlag atau mabuk pascaterbang.

REPUBLIKA.CO.ID, Transportasi dengan menggunakan pesawat terbang saat menunaikan ibadah haji dan umrah memberikan dampak tersendiri bagi calon jamaah. Diantaranya yaitu pengaruh percepatan atau perlambatan, perubahan tekanan di kabin pesawat yang berdampak terjadinya barotrauma, disorientasi dan mabuk gerak atau motion sickness.

Dalam buku Padoman Hidrasi Saat Haji dan Umrah yang ditulis oleh dr Imran Agus Nurali, SpKO dkk, dijelaskan bahwa penerbangan jarak jauh menuju Arab Saudi dengan selisih waktu lebih lambat empat jam salah satunya dapat mengakibatkan gangguan psikologis manusia yang dikenal sebagai jet lag. Atau disinkronisasi sirkadian yang merupakan pertanda bahwa irama sirkadian mengalami gangguan dan memerlukan sinkronisasi siklus malam dan siang ditempat tujuan. 

Penelitian dari Upjohn melaporkan bahwa hampir setiap penumpang yang melakukan perjalanan terbang intermeridian mengalami jet lag (94 persen) mulai dari gejala ringan sampai berat.

Faktor-faktor yang memperberat jet lag diantaranya adalah kondisi kesehatan (sedang sakit), stress mental dan fisik selisih zona waktu yang dilewati dan lamanya penerbangan, serta keadaan kabin pesawa (pengap, perubahan tekanan udara, udara yang terlalu kering, terlalu lama duduk, kurang istirahat atau tidur sebelumnya dan kurangnya asupan cairan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement