Rabu 11 Feb 2015 19:58 WIB

RSUP Dr Sarjito Kembali Buka Layanan Kedokteran Nuklir

Rep: Neni Ridareni/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi Kanker tiroid.
Ilustrasi Kanker tiroid.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Sejak tahun 2012 RSUP Dr Sardjito berhenti memberikan pelayanan pengobatan tiroid termasuk terapi internal untuk kanker tiroid yang menggunakan radioaktif. Alasannya, faktor ruangan yang tidak memenuhi standar.  Setelah dilakukan perbaikan, maka mulai Februari ini RSUP Dr Sardjito buka kembali layanan kedokteran nuklir.

Hal itu dikemukakan Direktur Umum RSUP Dr Sardjito Rohman Arif, Rabu (11/2). Dengan dibukanya layanan kedokteran nuklir, maka sekarang RSUP Dr Sardjito mulai memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien kanker tiroid yang membutuhkan terapi nuklir. Pasien kanker ini mulai dari usia anak hingga lanjut usia.

Menurut Penanggungjawab Kedokteran Nuklir RSUP Dr Sardjito Bagaswoto Poedjomartono, pasien kanker tiroid  terus meningkat. Selama setahun ini sudah ada 100 pasien kanker tiroid baru yang mengantre untuk mendapatkan pengobatan terapi internal di Kedokteran Nuklir.

Mereka berasal dari DIY dan daerah lain termasuk dari Lampung dan luar Jawa lainnya. Terapi internal dengan pengobatan Iodium 131 radioaktif merupakan satu-satunya obat untuk kanker tiroid. ‘’Pasien kanker tiroid dari Semarang yang merupakan pasien ketiga  menjalani pengobatan dengan Iodium 131 radioaktfi di tahun 1998, sampai sekarang masih baik kondisinya dan bisa jalan-jalan,’’ jelas Bagas.   

Namun perlakuan bagi pasien yang diobati dengan kedokteran nuklir benar-benar harus dikelola khusus karena pasien yang menjalani pengobatan mengeluarkan radioaktif. Ruangannya harus didesain khusus, temboknya harus anti radioasi dengan bahan dari nikel.

Pasien yang sedang menjalani pengobatan dengan Iodium 131 radioaktif harus masuk kamar isolasi tidak boleh dijenguk atau ada batas keamanan. Dia menjalani pengobatan selama lima hari.

Setelah pasien pulang juga harus dikelola khusus. Tidak boleh dekat dengan anak kecil. Ketika dia buang air besar dan air kecil harus di WC dan diguyur air banyak. Hal ini berlangsung selama sebulan. Pasien kemudian harus kontrol setelah tiga bulan, kemudian enam sampai setahun sekali.

‘’Namun sejak tahun 2010 alat untuk kontrol pasien kanker tiroid termasuk  untuk mengetahui sampai seberapa penyebaran kanker tiroid di RSUP Dr Sardjito rusak. Sehingga pasien kanker tiroid yang berobat di RSUP Dr Sardjito apabila kontrol dikirim ke Bandung. Kami sebenarnya sejak tahun 2010 hingga 2014 sudah berusaha tetapi tidak bisa. Insya Allah tahun ini RSUP Dr Sardjito bisa menyediakan alat tersebut,’’ kata Rohman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement