Kamis 05 Feb 2015 20:44 WIB

DBD Meningkat, Permintaan Trombosit Melonjak

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
 Seorang petugas melakukan pengasapan (fogging) untuk membasmi nyamuk demam berdarah.
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Seorang petugas melakukan pengasapan (fogging) untuk membasmi nyamuk demam berdarah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Merebaknya kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) membuat permintaan keping darah (trombosit) untuk transfusi darah bagi penderita DBD melonjak.

Humas Unit Donor Darah Pusat (UDDP) Palang Merah Indonesia dr Ulfah Suryani mengatakan, permintaan trombosit sebenarnya sudah meningkat sejak kasus DBD mulai banyak terjadi pada Desember 2014 lalu.

“Dalam sehari, permintaannya naik sampai 20 persen dibandingkan hari-hari biasa,” katanya, di Jakarta, Kamis (5/2).

Meski permintaan meningkat, dia memastikan stok trombosit secara nasional dipastikan aman sampai lima hari ke depan atau Senin (9/2). Namun, ia tidak dapat menyebutkan jumlah stok kantong trombosit yang ada karena itu tergantung permintaan masing-masing wilayah kantor cabang PMI.

Meski demikian, ia memastikan pengolahan trombosit dilakukan terus-menerus karena masa kedaluwarsa trombosit hanya antara tiga sampai lima hari. “Setiap harinya pasti ada pengolahan dan tambahan trombosit,” ujarnya.

Artinya, stok trombosit secara nasional untuk penderita DBD tidak mengalami krisis sejauh ini. Lagipula, kata dia, kalaupun terjadi krisis trombosit maka penderita DBD bisa menggunakan fresh frozen plasma (FFP) untuk menambah kekurangan trombosit.

Ini karena baik trombosit maupun FFP memiliki faktor pembekuan darah yang sama-sama tidak stabil. Meski diakuinya, mayoritas penderita DBD lebih memilih menggunakan trombosit karena mereka tidak tahu cara pemakaian FFP.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement