Ahad 21 Sep 2014 20:35 WIB

'Gunakan Masker Jika Terpaksa ke Daerah Berasap'

Rep: Dyah Ratna Meta/ Red: Indira Rezkisari
  Asap yang disebabkan titik api terlihat di sebuah lahan kawasan Riau, Rabu (17/9).  (Antara/Wahyu Putro)
Asap yang disebabkan titik api terlihat di sebuah lahan kawasan Riau, Rabu (17/9). (Antara/Wahyu Putro)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah daerah di Sumatera seperti Riau, Jambi, Medan, juga Kalimantan terkena asap akibat kebakaran hutan maupun lahan, Ahad, (21/9).

Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron menghimbau kepada seluruh masyarakat yang daerahnya  terkena gangguan asap untuk tidak usah keluar ke tempat yang terkena asap. "Jangan pergi ke daerah yang ada asapnya namun kalau terpaksa harus pergi harus menggunakan masker untuk melindungi diri," katanya.

Semua anggota masyarakat, ujar Ali, seharusnya ikut mengendalikan agar tidak terjadi kebakaran yang menimbulkan gangguan asap. "Jangan merokok, jangan  buang puntung rokok sembarangan, apalagi di lahan gambut yang mudah terbakar,"ujarnya.

Masyarakat maupun perusahaan, kata Ali, kalau mau membuka lahan jangan dengan cara dibakar. Sebab kalau membuka lahan dengan cara dibakar apinya ini mudah sekali merembet sehingga semua lahan jadi terbakar dan susah dikendalikan.

Kalau ada titik api berkembang, ujar Ali, masyarakat harus  segera lapor atau segera berupaya melakukan pemadaman sendiri dengan segera. Api jangan dibiarkan membesar.

Bahaya gangguan asap sendiri, terang Ali, bisa menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Makanya hal terpenting memberitahu masyarakat agar tidak melakukan hal-hal yang menimbulkan  kebakaran.

Selain penyakit ISPA, ujar Ali, asap juga menimbulkan penyakit kulit, penyakit mata.  Akibat asap produktivitas masyarakat turun.

"Bagaimana  produktivitas tinggi kalau  organ-organ tubuhnya sakit akibat asap. Ini harus diperhatikan oleh pemerintah daerah setempat,"kata Ali.

Menurut Ali, banyaknya kebakaran hutan atau lahan di berbagai wilayah disebabkan pemerintah daerahnya kurang  serius dalam mengatasi kebakaran hutan. Seharusnya pemda lebih serius supaya kejadian ini tidak berulang.

Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Tjandra Yoga Aditama mengatakan, gangguan asap kebakaran hutan  dapat menimbulkan berbagai  gangguan pada paru dan pernapasan, seperti peningkatan ISPA, memperburuk asma,  bronkitis dan emfisema. Menimbulkan gangguan pada organ mata seperti iritasi dan peradangan, menimbulkan iritasi dan  alergi pada hidung, juga kulit.

Menurut Tjandra, asap juga bisa membuat  penyakit kronik menjadi  lebih buruk. Makanya asap ini harus segera diatasi.

Selain itu, ujar Tjandra, asap menimbulkan gangguan pada saluran cerna. Ini terjadi karena bahan makanan dan minuman jadi tercemar oleh debu kebakaran hutan.

Guna mencegah  terrjadinya masalah, kata Tjandra, masyarakat harus menghindari atau  mengurangi menghirup asap dengan cara membatasi pergi ke luar  ruangan. Lalu  menggunakan masker saat keluar.

Di dalam ruangan, terang Tjandra, jangan biarkan asap masuk atau sesedikit mungkin asap masuk ke dalam rumah. Lakukan perilaku hidup bersih dan sehat untuk  meningkatkan daya tahan tubuh, termasuk makan makanan yang sehat.

Warga  yang punya penyakit kronik, ujar Tjandra,  perlu harus lebih waspada dan memeriksakan diri ke dokter. Kegiatan seperti menjaga kebersihan, sumur serta bahan makanan minuman agar tidak tercemar asap harus ditingkatkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement