Jumat 22 Aug 2014 08:54 WIB

Pembuluh Aorta Menyempit Sebabkan Kematian

Rep: Indah Wulandari/ Red: Nidia Zuraya
Pembuluh aorta
Pembuluh aorta

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA — Penyempitan pembuluh darah aorta (aortic stenosis) menyebabkan 50 persen pasiennya akan meninggal dalam waktu satu sampai dua tahun tanpa gejala apapun.

"Gejala stenosis aorta biasanya muncul bertahap, meskipun keberadaan stenosis sudah berlangsung selama 10 sampai 20 tahun, tetapi tanpa gejala," kata spesialis jantung intervensi dari Mount Elizabeth, Singapura Dr Paul TL Chiam.

Pembuluh nadi terbesar dalam tubuh yang keluar dari ventrikel jantung tersebut memang membawa banyak oksigen. Dunia kedokteran pun baru mengidentifikasi faktor risiko munculnya kondisi ini antara lain diabetes, hipertensi, hiperkolesterolemia, dan merokok.

Penyempitan atau pengapuran katup, imbuh Chiam, dapat berdampak fatal. Pengapuran bisa terjadi pada katup ini, sehingga menyebabkan katup menjadi kaku. Penyempitan di aorta, menyebabkan aliran darah terhambat. Prevalensi kasus penyempitan aorta, diperkirakan 4 persen dari seluruh populasi di dunia.

Nyeri dada atau angina pectoris, merupakan gejala klasik penyempitan aorta. Biasanya, baru akan berhenti jika pasien diistirahatkan. Gejala lainnya seperti gagal jantung dan sinkop. Hipertensi sistolik bisa muncul bersamaan dengan stenosis aorta. Biasanya, tekanan sistolik lebih dari 200 mmHg, jarang terjadi pada stenosis aorta kritis.

Untuk memastikannya, diagnosa dilakukan dengan memeriksa kadar elektrolit serum, biomarker jantung, dan hitung darah lengkap. Tidak hanya itu, EKG, foto toraks, kateterisasi jantung pun perlu dilakukan jika temuan klinis tidak konsisten dengan hasil EKG, angiografi atau treadmill.

"Tetapi treadmill tidak dianjurkan pada pasien dengan stenosis aorta berat. Jika gejalanya sudah mengarah pada stenosis aorta, maka tes yang perlu dilakukan adalah EKG, treadmill, dan CT-Scan," beber Chiam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement