Senin 21 Apr 2014 10:32 WIB

Benarkah Obat Herbal Lebih Aman? (1)

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Obat Herbal mulai banyak dipilih sebagai alternatif penyembuhan.
Foto: Teguh Indra/Republika
Obat Herbal mulai banyak dipilih sebagai alternatif penyembuhan.

REPUBLIKA.CO.ID, Sejak dulu, masyarakat telah akrab dengan obat herbal. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan 59,12 persen penduduk Indonesia pernah mengonsumsi jamu untuk kesehatan.

Mereka beranggapan obat herbal lebih aman dibanding obat kimia. Benarkah demikian?

Dr Arijanto Jonosewojo SpPD FINASIM mengatakan obat herbal tidak 100 persen aman. Tapi, jika efek sampingnya dibandingkan dengan obat kimia, obat herbal memang relatif lebih aman.

“Sebab, efek samping dari penggunaan obat herbal lebih kecil dibandingkan obat kimia,” ujar Kepala Poliklinik Komplementer Alternatif RSU dr Soetomo, Surabaya, Jawa Timur, ini.

Prinsip itu berlaku jika obat herbal yang dipakai berasal murni dari tanaman. Tapi, jika hanya salah satu zat aktif yang diambil, bisa jadi obat herbal akan berubah fungsinya dan bisa lebih berbahaya. Obat herbal tetap ada efek sampingnya. Contohnya, bawang putih yang berkhasiat menurunkan lemak, kolesterol, menekan gula darah, serta mengencerkan darah.

Mengingat khasiat tersebut, ketika akan mencabut gigi Anda harus memberitahukan dokter gigi terlebih dahulu tentang kebiasaan mengonsumsi bawang putih. Kalau informasi itu tidak disampaikan, bisa jadi akan terjadi pendarahan yang lebih banyak ketika gigi dicabut.

“Dua minggu sebelum cabut gigi, sebaiknya hentikan konsumsi bawang putih,” saran Ketua Perkumpulan Dokter Herbal Medik Indonesia cabang Surabaya ini.

Lain lagi dengan diabetesi tipe A, B, dan C. Ketiganya memiliki penyakit diabetes yang berbeda. Tipe A hanya diabetes biasa, B diabetes disertai batu ginjal, dan C diabetes diikuti masalah kardiovaskular.

Ketiganya tidak bisa diberikan obat herbal yang sama karena penyakit yang menyertainya berbeda. Jika diberikan obat yang sama, akan memperberat penyakit yang menyertainya.

Selain itu, obat herbal lain yang bisa berbahaya jika salah penggunaannya, yakni jus belimbing. Jus ini biasa digunakan bagi pasien darah tinggi. Tapi tidak semua penderita darah tinggi cocok minum jus belimbing.

Sebab, darah tinggi terbagi menjadi dua, ada yang primer dan sekunder. Darah tinggi sekunder disertai dengan gangguan ginjal. Jus belimbing akan merusak ginjal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement