Rabu 23 Jan 2013 11:29 WIB

Ini Dia yang Paling Ditakuti Para Pria

botak
Foto: passionmagz.com
botak

REPUBLIKA.CO.ID, Menurut Androlog dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Prof Susilo Wibowo, ada sejumlah faktor yang menyebabkan munculnya andropause. Di antaranya faktor lingkungan organik, perubahan hormonal, dan psikogenik. Selain penurunan hormon testosteron, pria andropause juga mengalami penurunan hormon melatonin dan perubahan pada follicle stimulating hormone (FSH) serta lutenizing hormone (LH). FSH dan LH adalah hormon produksi kelenjar hipofisis di otak yang berperan terhadap organ seks pria.

Selain itu, pria yang mengalami gejala andropause juga mengalami aneka perubahan lain yaitu perubahan mental, fisik, dan tingkah laku. Perubahan mental pada penderita diantaranya, berkurangnya ketajaman mental dan intuisi, mudah lupa (terutama pada hal yang baru saja terjadi), kurang gairah, sering mengantuk, mudah tersinggung, suka berselisih atau mudah naik darah, kadang bertingkah aneh, suasana hati sering berubah, sedih tak tahu sebabnya, uring-uringan, menjengkelkan orang lain, dan kadang menjadi otoriter karena takut kehilangan status sosialnya.

Sedangkan perubahan tingkah laku biasanya terlihat dari cara berpenampilan seperti anak masih muda, takut pada penurunan kesehatan sehingga pencegahan atau pengobatan terhadap masalah psikis itu berlebihan. ''Selain itu tingkat petualangan seksual mereka tinggi, karena merasa kurang percaya diri, sehingga melampiaskan rasa gundahnya itu pada kegiatan seksual yang menyimpang.'' Bagaimana dengan perubahan fisiknya?

Pada pria andropause, ini bisa dilihat dari penipisan rambut atau kebotakan, perubahan kulit menjadi keriput terutama di dahi, penumpukan lemak di pelupuk mata, kulit menggelembung di bawah dagu, penumpukan lemak di leher, perut buncit, muncul lipatan kulit di pantat, otot mulai mengecil, serta pantat mulai menipis (tepos). Gejala-gejala itu semakin jelas ketika muncul beragam penyakit degeneratif seperti, hipertensi, diabetes mellitus (kencing manis), penyakit ginjal, liver, jantung, dan lain-lain.

Penderita sindroma ini, lanjut Susilo, pasti merasa gelisah, tidak tenang, gundah, sulit tidur, dan tidak enak badan. Selain itu juga muncul depresi yang ditandai dengan sikap menyendiri, nafsu makan terganggu, dan putus asa. Perasaan seperti ini bisa menimbulkan nyeri kepala, gangguan pencernaan, irritable bladder (kencing pada saat yang tidak tepat), dan nyeri lambung. Pada puncaknya keluhan itu bisa menimbulkan rasa ketakutan yang luar biasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement