Senin 03 Dec 2012 09:08 WIB

Kenali Perubahan pada Lansia

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Dewi Mardiani
Lansia, ilustrasi
Foto: Republika
Lansia, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Informasi ini penting bagi keluarga yang mempunyai anggota lanjut usia (lansia). Keluarga mempunyai peranan penting pada kesehatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan mereka.

Menurut ahli geriatri (penyakit lanjut usia) RSUP dr Kariadi Semarang, dr Hj Sri Rejeki Andayani Rahayu SpPD (KGer), perubahan yang terjadi pada lansia, yaitu segala macam perubahan fungsi organ, kemampuan fisik, kognitif, dan psikologis.

''Sebelumnya, kita sebagai anak dicukupi kebutuhan oleh orang tua. Sekarang, setelah orang tua pensiun, kitalah yang harus mencukupi kebutuhannya,'' kata dosen Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang pada seminar awam 'Pemberdayaan Keluarga dalam Perawatan Lansia di RS PKU Muhammadiyah Solo, akhir pekan lalu.

Mengutip pendapat Prof Boedhi Darmojo SpPD KGer, ada sejumlah kebutuhan lansia yang harus dipenuhi, di antaranya, makanan dan minuman, perumahan, percakapan, kunjungan periodik, transportasi, bantuan teknis praktis, bantuan hukum, informasi, bantuan alat bantu dengar-baca-gerak, dan perawatan kesehatan.

Namun, menurut Rahayu, lebih dari semua itu, lansia sangat membutuhkan kasih sayang, dihargai, dan diorangkan oleh keluarga, oleh orang disayangi. Bukan sangkar emas, tetapi rumah yang penuh kehangatan dan kasih sayang yang dibutuhkan. ''Biarkan lansia kita merasa dibutuhkan dan merasa lebih berguna untuk keluarga. Tapi, keluarga juga jangan membuat beliau sebagai pembantu atau sumber keuangan keluarga''.

Bila Lansia sudah kehilangan kapasitas fungsional dan tergantung bantuan orang lain, mengalami penurunan kognitif dan kesehatan, maka Lasia ini berubah menjadi beban keluarga. ''Ini harus dicegah. Keluarga harus mengupayakan terciptanya Lansia yang sehat dan mandiri,'' tambah Rahayu.

Bagaimana cara menciptakan Lansia yang sehat dan mandiri? Rahayu mengurai cara-cara untuk hidup bersama Lansia dengan suasana enak dan menyenangkan. Di antaranya, kata dia, mengenali perubahan yang terjadi, mengantisipasi, dan cepat mencari solusi, mengenaki dan mengerti kebutuhanya, membuat mandiri, mempunyai cukup waktu untuknya, mencukupi kebutuhanya, dan mengusahakan perwatan sebaik mungkin bila Lansia sakit dan mulai pikun.

Perubahan pada lansia, mulai dari gangguan penglihatan, pendengaran, susah tidur, bingung, pusing, stroke, nyeri sendi, osteoporosis, mudah lelah, sering jatuh, ngompol, ngorok, gatal, penurunan betat badan, kegemukan, nyeri dada, sesak nafas, bengkak kaki, dan kanker (payudara, prostat, usus, paru, dan lain-lain).

Dari sisi kepribadian, kata dia, juga mengalami perubahan. Perubahan itu, khususnya terkait dengan keterbatasan dirinya.

Prof Dr dr H Aris Sudiyanto Sp Kj (K), Prodi Psikiatri FK UNS Solo, menyarankan, butuh keterampilan merawat lansia. Ini perlu kursus, pendidikan khusus. Sehingga keluarga dalam memperlakukan Lansia sebagai sosok yang tetap berguna dan bahagia pada usia lanjut. Ia menyarankan, ''ikut saja kursus keluarga prima Indonesia (KPI)''.

Sekarang ini, menurut Prof Aris, jumlah Lansia semakin banyak, baik lansia yang terhormat maupun tak terhormat atau terlantar. Penghuni panti jompo juga semakin banyak. Sementara, ada keluarga yang merasa terhina apabila ada anggota keluarga lansia dirawat di panti jompo. Namun dalam kenyataan, lansia yang tak terhormat justru jumlahnya semakin banyak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement