Rabu 31 Oct 2012 06:18 WIB

Usia 30 Tahun, Wanita Disarankan Berhenti Merokok

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Fernan Rahadi
Wanita Merokok
Wanita Merokok

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON  --  Merokok meningkatkan risiko kematian lebih awal. Namun, penelitian yang baru-baru ini dilakukan di Inggris menunjukkan wanita yang berhenti merokok pada usia 30 tahun menghilangkan peningkatan risiko kematian dini hingga 90 persen.

"Mereka yang berhenti merokok sewaktu berusia 30 tahun dapat memotong risiko kematian dini tersebut," kata salah satu peneliti, Sir Richard Peto, seperti dikutip dari Medical News Today, Rabu (31/10). Sejumlah peneliti dari Oxford University melakukan riset terhadap 1,3 juta wanita di Inggris. Usia mereka berkisar 50-65 tahun.

Sebanyak 20 persen partisipan adalah perokok aktif, 28 persennya mantan perokok, dan 52 persennya wanita yang tak pernah merokok. Dalam kurun waktu 1996-2001, peneliti mendata secara rinci status perokok wanita tersebut, gaya hidupnya, kondisi medis, dan faktor sosialnya.

Dua belas tahun kemudian, para peneliti mendata kondisi seluruh wanita tersebut. Khususnya untuk mengetahui siapa saja peserta yang meninggal dan apa penyebab kematiannya. Peneliti menemukan partisipan perokok aktif meninggal sekitar 10 tahun lebih awal daripada partisipan perempuan yang tidak merokok.

Dua pertiga dari perokok wanita yang terus kecanduan merokok hingga di atas 40 tahun biasanya meninggal pada usia 50 tahun, 60 tahun, dan 70 tahun. Mereka meninggal karena terserang penyakit kanker paru-paru kronis, penyakit jantung, dan stroke. Di Inggris dan Amerika Serikat, perempuan kelahiran 1940 menjadi generasi pertama yang merokok hingga sepanjang hidupnya.

Peto menemukan risiko kematian pada perempuan perokok aktif meningkat tajam sejalan dengan setiap batang rokok yang dihisapnya. Perempuan yang merokok hingga sembilan batang per hari memiliki risiko kematian dini dua kali lipat lebih cepat. Penelitian yang dilakukan belasan tahun ini didanai oleh Cancer Research UK, the Medical Research Council, dan Health and Safety Executive UK.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement