Jumat 20 Apr 2012 09:02 WIB

Awasi Jajanan Anak, Waspadai Obesitas

Jajanan Anak (ilustrasi)
Foto: Republika/Tahta
Jajanan Anak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Cemas menyaksikan kian banyak anak sekolah yang obesitas, Kementerian Pertanian AS siap mengumumkan pedoman standar makanan sehati. Standar tersebut mengatur batas kandungan gula, garam, dan lemak pada makanan yang dijual di sekolah.

Wakil Menteri Pertanian AS Kevin Concannon mengatakan bahwa langkah penting untuk mengatasi obesitas pada anak dapat dilakukan dengan mengubah pilihan tepat menjadi pilihan mudah di sekolah. "Kami berharap dapat bekerja sama dengan orang tua, guru, penyedia makanan profesional di sekolah, dan industri makanan untuk mewujudkan standar yang dapat diterapkan. Sehingga kesempatan untuk dapat lebih sehat bagi seluruh siswa dapat tersedia," katanya.

Banyak negara telah menetapkan aturan tersendiri dengan mewajibkan adanya pilihan makanan yang lebih sehat. Penelitian menunjukkan 80 persen dari 1.010 orang dewasa mendukung standar nutrisi yang membatasi jumlah kalori, lemak, dan sodium pada makanan. Sementara 17 persen di antaranya menentang standar itu.

Sebagian besar juga setuju bahwa saat ini hanya tersedia sedikit pilihan makanan sehat. Hanya lima persen dari mereka yang mengatakan bahwa mesin penjual menawarkan pilihan makanan sehat. Sementara 10 persen berujar bahwa makanan sehat dapat ditemukan di kantin sekolah, dan 21 persen lain mengatakan menu makanan terpisah (a la carte) menawarkan makanan sehat.

Perubahan dalam penyediaan makanan di sekolah bisa mejadi kontroversial. Standar baru, yang menyebutkan makanan di sekolah tradisional harus mengandung buah, sayur dan gandum, telah diumumkan pada Januari. Standar tersebut menarik untuk dicermati karena para pembuat aturan membatasi penjualan kentang goreng, dan menganggap pizza mengandung sayuran karena terdapat saus tomat.

Upaya untuk memberikan makanan sehat bagi siswa sekolah memang dapat membantu memerangi masalah obesitas pada anak. Namun usaha itu sejak dulu mendapat tekanan dari perusahaan makanan dan minuman, bahkan dari pihak sekolah, yang mengandalkan penjualan makanan tersebut demi meraup untung.

Para ahli kesehatan, dokter anak, dan pengacara mengatakan bahwa peraturan itu berubah karena semakin banyak perusahaan dan sekolah ikut peduli seiring dengan bertambahnya kasus obesitas pada anak. Di Amerika Serikat, sepertiga dari seluruh anak menderita obesitas. "Sebagian besar pihak dapat menerima minuman bersoda, permen dan makanan sedikit nutrisi lain, hanya jangan disediakan di sekolah," kata Margo Wootan, Kepala Bagian Kebijakan Nutrisi di Pusat Ilmu Pengetahuan.

Dia mengatakan bahwa masih banyak hal yang menjadi perhatian para pembuat undang-undang dalam membuat standar nasional makanan sekolah yang baru.

Ahli gizi dari Akademi Amerika Laura Jana mengatakan standar baru itu sangat penting, karena kini anak-anak di sekolah telah mengonsumsi separuh lebih banyak dari kebutuhan kalori harian mereka. Sebagian besar dari mereka memperoleh asupan kalori paling banyak dari makanan dan minuman ringan, bukan dari makanan utama, katanya.

"Menurut saya, hal itu tidak masuk akal. Mereka tidak dapat menentukan makanan sehat mana yang akan dimakan jika kita menyediakan semua makanan 'junk food' itu," kata Jana.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement