Sabtu 31 Mar 2012 17:43 WIB

UGM Kembangkan Terapi Autis dengan Berkuda, Kok Bisa?

Rep: Yulianingsih/ Red: Heri Ruslan
Latihan berkuda (ilustrasi)
Foto: R. REKOTOMO/ANTARA
Latihan berkuda (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada 2012 ini mengembangkan metode terapi baru bagi anak-anak penderita autis yaitu dengan terapi berkuda. Adalah

Adalah Gadjah Mada Equestrian Center (GMEC) Fakultas Peternakan UGM dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Berkuda kampus tersebut yang mengembangkan metode baru bagi penanganan anak autis ini.

Menurut Ketua GMEC, Edi Suryanto, terapi berkuda ini baru digelar pihaknya sejak awal Maret ini. "Hingga akhir Maret ini sudah ada 6 siswa penyandang autis yang ikut terapi kita," terangnya, Sabtu (31/3).

Lima dari enam siswa tersebut berasal dari Sekolah Autis Fajar Nugraha, dan satu orang dari SLB Damayanti. "Terapi kita gelar setiap Minggu saja," tambahnya.

Menurutnya, anak-anak penderita autis diajak untuk berinteraksi dengan Kuda. Kegiatan ini diharapkan mampu membantu konsentrasi pada penderita. Selain itu juga membantu dalam bersosialisasi dengan anak-anak lainnya.

“Anak-anak diberikan kegiatan mulai dari dilatih memberi makan, menyisir rambut dan ekor, memandikan, memasang pelana serta menunggang Kuda,” tandasnya.

Terapi ini kata dia, mampu membantu konsentrasi dan mengurangi agresifitas penderita autis. “Berinteraksi dengan Kuda menimbulkan rasa senang pada anak autis serta membantu memfokuskan konsentrasi,”jelasnya.

Selain membuka program terapi autis denga berkuda, GMEC juga menawarkan sekolah berkuda (riding horse). GMEC mengajarkan kemampuan menunggang kuda bagi siswanya meliputi latihan dasar menunggang kuda (basic riding), tunggangan serasi (dressage), halang rintang (show jumping), cross country, dan endurance. Latihan dilakukan selama 1 jam, 4 kali dalam sebulan.

“Sekolah berkuda ini cukup mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Sejak dibuka Februari lalu terdapat sekitar 100 pendaftar, tapi kami hanya batasi menerima 20 orang karena baru memiliki 4 ekor Kuda,” tandasnya.

Sementara itu menurut psikolog perkembangan anak UGM, Endang Ekowarni, keberhasilan terapi berkuda bagi anak autis ini sangat tergantung pada kondisi pasien dan terapis.

"Terapis autis juga harus menguasai karakter kuda tidak hanya untuk sekedar dikendarai. Selain itu juga tergantung kondisi anak sendiri," tambahnya.

Karenanya kata dia, terapis harus dibekali pelatihan tentang kondisi anak dan juga karakter kuda. Dengan begitu terapis bisa melakukan pendekatan-pendekatan yang bisa diterima anak menggunakan alat kuda.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement