Kamis 15 Mar 2012 15:21 WIB

Mendengkur Bukan karena Mengantuk Lho, Tapi...

Rep: Agung Sasongko/ Red: Karta Raharja Ucu
Mendengkur
Foto: topnews.net.nz
Mendengkur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang menyepelekan mendengkur. Padahal, mendengkur bisa dikategorikan penyakit berbahaya. Sebab, mendengkur merupakan salah satu gejala penyakit Obstrutuktive Sleep Apnea (OSA), sebuah penyakit dimana terdapat potensi pernapasan berhenti selama tidur.

Pakar Kesehatan Tidur, Rimawati Tedjasukmana, Sp.S, RPSGT, mengatakan sebagian masyarakat masih menganggap ngorok adalah gejala seseorang terlalu lelah. Padahal itu merupakan anggapan yang keliru. "Itu anggapan yang keliru lho," kata dia saat berbicara dalam workshop 'Bahaya Dibalik Mendengkur' di Jakarta, Kamis (14/3).

Rima menjelaskan, mendengkur itu merupakan akibat dari otot-otot dari langit-langit mulut, lidah dan tenggorokan mengalami relaksasi pada saat tidur. Ketika relaksasi, terjadi obstruksi parsial jalan nafas. "Akibat dari obstruksi itu jaringan di jalan napas bergetar dan menimbulkan suara mendengkur," papar dia. Rima menyebut biasanya penderita OSA dialami orang yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas.

Dalam kasus OSA, lanjut Rima, otot-otot yang mengalami relaksasi jumlahnya terlalu banyak. Akibatnya penderita sering ngorok pun tak bisa terhindarkan. Hal ini terjadi selama 10 sampai 20 detik dan dapat menurunkan tingkat oksigen dalam darah.

"Individu yang mengalami OSA akan terbangun dan merasa sesak napas dalam beberapa detik. Selain itu juga mendengus, tersedak atau suara terengah-engah. Pola ini dapat berulang 5 sampai 30 kali bahkan lebih dalam setiap jam, sepanjang malam," ungkapnya.

Menurut Rima, gangguan inilah yang menyebabkan seseorang tidak terlihat nyaman saat beristirahat. Perlu diketahui pula, lanjutnya, penderita OSA tidak menyadari tidur mereka terputus. "Mereka lalu berpikir tidurnya begitu nyenyak sepanjang malam," tuntas Rima.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement