Sabtu 10 Mar 2012 03:02 WIB

Jangan Bangga Punya Anak Gendut, Picu Banyak Penyakit Serius

Obesitas
Obesitas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Punya anak gendut? Jangan senang dulu. Menurut para pakar, kegendutan atau obesitas di usia dini justru berpotensi memicu timbulnya berbagai penyakit serius pada masa depan.

"Masalah ini awalnya dianggap hanya terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi, namun pada kenyataannya jumlah anak dengan masalah kelebihan berat badan dan obesitas ini sekarang semakin meningkat di negara berpendapatan rendah dan menengah, khususnya di perkotaan," kata ahli gizi dari London School of Hygiene, Philip T. James.
Ia mengatakan bahwa penelitian di berbagai negara membuktikan bahwa tren obesitas pada anak saat ini meningkat secara signifikan. "Tren kelebihan nutrisi berupa overweight dan obesitas pada anak sedang menjadi perhatian di dunia internasional," katanya.
Ia berpendapat bahwa fenomena itu sangat mengkhawatirkan mengingat obesitas pada usia dini dapat memicu timbulnya berbagai penyakit serius di masa depan. Padahal nutrisi tepat sejak dini dapat cegah risiko penyakit akibat obesitas tersebut.
Lembar fakta WHO menunjukkan pada tahun 2010, sekitar 43 juta anak di bawah umur lima tahun mengalami kelebihan berat badan, dan hampir 35 juta anak-anak kelebihan berat badan tinggal di negara berkembang, sisanya sebanyak delapan juta lainnya di negara maju.
Indonesia sebagai negara berkembang, kata dia, juga dihadapkan dengan persoalan beban ganda (double burden). Di satu sisi masalah anak kurang nutrisi masih banyak terjadi, sedangkan di sisi lain jumlah anak dengan obesitas juga kian meningkat.
Pada kesempatan yang sama, Dr.dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A. (K) mengatakan bahwa pada dasarnya terdapat dua faktor yang memengaruhi obesitas, yakni pertama adalah faktor genetik.
"Anak yang menderita obesitas biasanya memiliki orang tua yang obesitas pula. Jika salah satu orang tua menderita obesitas, 40 persen kemungkinan anaknya akan menderita obesitas, sedangkan jika kedua orang tua menderita obesitas, risikonya meningkat menjadi 70 persen," kata Damayanti.
Faktor yang kedua, kata dia, adalah lingkungan. Hal ini berkaitan dengan tingkat metabolisme tubuh anak, aktivitas fisik, budaya, dan asupan makanannya.
Di Indonesia, lanjut dia, anak-anak yang hidup di perkotaan masih memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung energi dan lemak tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan jajan serta ketersediaan dan keterjangkauan makanan yang kurang sehat.
"Oleh karena itu, dalam upaya intervensi obesitas pada anak, diperlukan penerapan kebiasaan makan bernutrisi dan beraktivitas sehat dengan orangtua sebagai panutan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement