Selasa 17 Jan 2012 01:05 WIB

Jangan Pernah Anggap Remeh Alergi

Rep: reiny dwinanda/ Red: Endah Hapsari
Pilek/ilustrasi
Foto: blogspot.com
Pilek/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Alergi memang muncul dengan keluhan yang berbeda pada tiap penderitanya. Penyakit yang diturunkan ini bahkan sangat mungkin tak sama manifestasinya antara orangtua dan anak. Seperti yang dialami Abizar dan putrinya, Lala. Abizar yang alergi susu sapi akan langsung diare begitu menenggak susu dan produk olahannya. Ia amat sensitif terhadap kandungan susu sapi. ''Tapi, Lala aman-aman saja minum susu,'' ungkap bapak berusia 65 tahun ini.

Pada Abizar, reaksi alergi tak begitu banyak terlihat. Sebaliknya, Lala rentan sekali dengan alergen. ''Tiap hari menjelang pukul 10 malam, pukul dua dini hari, dan begitu bangun tidur, saya selalu bersin lebih dari 10 kali. Hidung saya juga beringus jernih. Saya tak bisa lepas dari tisu atau sapu tangan. Mengganggu sekali,'' keluh perempuan berusia 30 tahun ini.

Begitulah alergi. Meskipun Lala mengaku sudah 15 tahun mengalaminya, ia belum juga tahu cara nyaman hidup dengan alergi. ''Alergi memang penyakit umum yang dijumpai di masyarakt. Tetapi, kesadaran orang terhadap penyakit ini masih rendah,'' ungkap Dr dr Iris Rengganis SpPD KAI beberapa waktu lalu.

Alergi sebetulnya bisa diatasi. Untuk itu, perlu penanganan yang tepat. ''Dengan begitu, alergi tidak akan menjadi beban dan tak menimbulkan penyakit lain yang lebih berbahaya,'' jelas Iris yang bertugas di Divisi Alergi Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Alergi memang bukan penyakit yang tercatat sebagai pembunuh nomor wahid. Tetapi, alergi punya dampak besar bagi kehidupan seseorang. ''Alergi bisa menurunkan kualitas hidup pengidapnya,'' kata Iris.

Jika diabaikan, alergi bahkan berpotensi memicu timbulnya penyakit lain yang cukup gawat. Alergi, misalnya, dapat memunculkan penyakit kronis seperti asma. ''Bisa juga penyakit yang bersifat fatal dan mematikan seperti syok anafilaksis atau sindrom steven johnson yang muncul menyusul alergi obat,'' urai staf pengajar di FKUI ini.

Alergi juga dapat mendatangkan beban finansial bagi keluarganya. Hal itu pun diakui Lala. Untuk sekali berobat saat dirinya terserang rhinitis yang membandel, Lala pernah mengeluarkan dana tak kurang dari Rp 800 ribu. ''Itu untuk antibiotik, obat semprot hidung, obat pereda demam, dan antihistamin,'' ungkap ibu satu anak ini.

Rhinitis alergi merupakan bentuk alergi yang paling umum diderita dapat menyerang tanpa terkait waktu di sepanjang tahun. Tapi umumnya di musim dingin, penyakit ini lebih sering kambuh. ''Begitu juga di saat peralihan musim,'' jelas Iris.

Untuk kasus Lala yang menderita rhinitis alergi, Iris menyarankan untuk mewaspadai kemungkinan ia terkena sinusitis di kemudian hari. Kemungkinan buruk itu bisa dicegah dengan tidak mengabaikan alerginya. ''Saat rhinitis alergi menyerang, penderitanya biasanya bersin-bersin, hidung gatal, kadang berair kadang tersumbat, dan sukar bernapas. Matanya kerap kemerahan dan berair.''

Lantas, langkah apa yang paling tepat untuk Lala? Yang paling penting, menurut Iris, adalah menghindari pencetus alergi. ''Untuk itu, dia harus tahu terlebih dulu, apa alergennya,'' saran dokter yang juga konsultan alergi dan imunologi ini.

Rhinitis alergi muncul lantaran sistem kekebalan tubuh yang bereaksi berlebihan terhadap sejumlah partikel di udara. Partikel tertentu yang direspons berlebihan oleh tubuh itulah yang disebut alergen. Selain itu, alergen inhalan (alergen yang masuk ke dalam tubuh lewat saluran napas) juga bisa memicu kambuhnya asma. ''Alergennya bisa berupa serbuk sari, bulu binatang, serpihan kulit binatang, tungau debu rumah, kecoak, atau spora jamur,'' papar Iris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement